Rabu, 30 Oktober 2019

15 KALAM INDAH IMAM SYAFI'I



(Oleh: Rusman Siregar)

Imam Syafi'i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i Al-Muththalibi Al-Qurasyi. Beliau lahir di Gaza Palestina, 150 Hijriyah (767 M) dan wafat di Fusthat Mesir tahun 204 Hijriyah (819 M).

Imam Syafi'i adalah seorang mufti besar pendiri mazhab Syafi'i yang tergolong kerabat dari Rasulullah SAW, yaitu keturunan dari Al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW.

Kelahiran beliau pada 150 Hijriyah bertepatan dengan wafatnya dua ulama besar Imam Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit, pendiri Mazhab Hanafi yang wafat di Irak, dan Imam Ibn Jureij Al-Makky, seorang mufti Hijaz yang wafat di Makkah. 

Keluasan ilmu Imam Syafi'i terlihat dari penguasaan ilmu agamanya. Sejak usia 7 tahun, beliau telah hafal Alqur'an. Kemudian usia 12 tahun hafal kitab Al-Muwaththa' karya Imam Malik sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.

Berikut 15 kalam indah Imam Syafi'i yang penuh hikmah: 

1. 
Dosa-dosaku amat banyak. Namun ketika aku bandingkan dengan rahmat-Mu, Ya Rabb, ampunan-Mu jauh lebih besar. 

2. 
Janganlah mencintai seseorang yang tidak mencintai Allah. Jika Allah saja mereka tinggalkan, mereka pun juga akan meninggalkanmu. 

3. 
Jika dirimu tidak kamu sibukkan dengan kebaikan, maka ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.

4. 
Andai saja kamu tahu bagaimana Allah menangani urusan-urusanmu, hatimu pasti akan luluh karena begitu mencintai-Nya. 

5. 
Ada tiga hal yang sangat berharga: [1] Bersedekah di kala miskin [2] Menjauhi maksiat di kala sendiri, dan [3] Menyampaikan kebenaran di hadapan orang yang ditakuti atau berkuasa. 

6. 
Orang bijak adalah orang yang pikirannya bisa mengendalikan dirinya dari segala aib yang tercela. 

7. 
Doa yang dipanjatkan di waktu Tahajjud itu ibarat anak panah yang tepat mengenai sasaran.

8. 
Dunia ini hanya sesaat, maka isilah setiap momen hidup itu dengan ketaatan. 

9. 
Belajarlah sebelum kamu menjadi pemimpin, sebab ketika kamu telah memimpin, tidak ada lagi waktu untuk belajar. 

10. 
Sungguh aneh, kamu mengharap keselamatan, tapi kamu tidak menempuh jalannya. Tentu saja kapal itu tidak berlayar di daratan. 

11. 
Jika seseorang itu bijak, perhatiannya atas dosanya sendiri akan mengalihkan perhatiannya dari menilai kesalahan orang lain. 

12. 
Kesehatan adalah mahkota yang bertengger di atas kepala orang sehat, tapi hanya orang yang sakit yang bisa melihatnya. 

13. 
Semua manusia itu mati, kecuali yang berilmu. Semua yang berilmu terlelap, kecuali yang beramal. Semua yang beramal tertipu, kecuali yang ikhlas. Dan orang yang ikhlas selalu dalam keadaan khawatir. 

14. 
Waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. 

15. 
Tidakkah kamu perhatikan bahwa seekor singa ditakuti lantaran ia pendiam, sedangkan seekor anjing dijadikan permainan karena ia suka menggonggong.
๐Ÿ’Œ

https://kalam.sindonews.com/read/1449351/70/15-kalam-indah-imam-syafii-1571231274

Jumat, 25 Oktober 2019

Cara Menjadi Wali Murid yang Baik Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani




Menjadi wali murid atau wali santri yang baik butuh kunci sukses tersendiri. Wali murid yang baik menjadi pintu utama lahirnya sosok murid/santri yang mudah menerima ilmu dari gurunya. Jangan sampai jadi wali murid yang malah menggangu atau menggagalkan proses belajar anaknya.

Di sini, kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani bisa menjadi pelajaran buat semuanya, khususnya yang sedang mempunyai anak sedang ngaji.

Saat itu, ada seorang yang busuk hatinya ingin menfitnah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Orang itu lalu mencari jalan untuk menfitnahnya. Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan mengintipnya.

Kebetulan, ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir, ia melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya. Syekh Abdul Qadir suka makan ayam dan setiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain, ia akan makan separuh saja. Sisa makanan tersebut kemudian diberikan kepada muridnya.

Maka, orang tadi pergi kepada bapak murid Syekh Abdul Qadir tadi.

“Apa bapak punya anak yang ngaji kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani?”

“Ya, ada,” jawab bapak itu.

“Apa bapak tahu kalau anak bapak itu diperlakukan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selayaknya seorang hamba dan kucing saja? Syekh Abdul Qadir itu memberi sisa makanannya pada anak bapak.”

Mendengar cerita itu, si bapak itu hatinya panas dan segera pergi ke rumah Syekh Abdul Qadir.

“Wahai tuan Syekh, saya mengantarkan anak saya kepada tuan Syekh bukan untuk jadi pembantu atau diperlakukan seperti kucing. Saya antarkan anak saya kepada tuan Syekh, supaya anak saya jadi orang alim.”

Mendengar perkataan si bapak ini, Syekh Abdul Qadir hanya menjawab secara ringkas saja.

“Kalau begitu, ambillah anakmu!”

Si bapak itu kemudian mengambil anaknya untuk diajak pulang. Ketika keluar dari rumah tuan Syekh menuju jalan pulang, bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum dan ilmu hikmah.  Ternyata semua persoalan itu dijawab dengan sangat lengkap. Maka, si bapak itu akhirnya berubah fikiran untuk mengembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir.

“Wahai tuan Syekh, terimalah anak saya untuk belajar kembali dengan tuan Syekh.  Didiklah anak saya, tuan Syekh. Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga tidak diperlakukan seperti kucing. Saya melihat ilmu anak saya sangat luar biasa karena belajar denganmu.”

Mendengar pernyataan itu, maka Syekh Abdul Qadir kemudian menjawab.

“Bukan aku tidak mau menerimanya kembali. Tapi Allah sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ilmu. Allah sudah menutup futuhnya (terbukanya) untuk mendapat ilmu. Ini disebabkan seorang ayah yang tidak beradab kepada guru.”

Inilah kisah sangat inspiratif kepada kita semua, khususnya para wali murid/santri. Kepada para guru/kyai, bukan saja santri yang wajib hormat, wali murid juga punya kewajiban yang sama. Santri dan wali santrinya itu sejatinya juga sama-sama murid dari sang guru. (Abu Umar/Bangkitmedia.com) 

https://bangkitmedia.com/cara-menjadi-wali-murid-yang-baik-menurut-syekh-abdul-qadir-al-jailani/

Minggu, 20 Oktober 2019

HIBAH EBOOK BUKU AGAMA ISLAM GRATIS

DAFTAR BUKU


1. Harry Yuniardi, Argumentasi Tarawih 20 Rakaat; Risalah Amaliah Kaum Nahdliyyin (Bandung; LTN NU Jawa Barat, 2017) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--Yuc1J6R1ZtNnRmZEE/view

2. Ustadz M. Idrus Ramli, Buku Pintar Berdebat dengan Wahhabi, (Jember; Bina ASWAJA, 2010) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuZ2M4QW1pMHdvWWc/view

3. Ustadz Ma'ruf Khozin, Mana Dalil Malam Nishfu Sya'ban?, (Jember, LTN Jawa Timur, 2017) Link Download: https://drive.google.com/open?id=0B6GRfv4J--YuZ3RPVlB1WGlrVHc

4. Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah, _Terj._ Ngabdurrohman al-Jawi (Jakarta: LTM-PBNU, 2011) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuSVpIMDQ4a01ubXM/view

5. A. Gaffar Karim, Metamorfosis NU dan Politisasi Islam di Indonesia, (Yogyakarta; LKiS Yogyakarta, 1995) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCWFo0ZE5VWVVqUjA/view

6. Martin van Bruinessen, NU Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru, (Yogyakarta; LKiS Yogyakarta, 1994) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCc18zcmdva3h1d0U/view

7. M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 1993) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCWFo0ZE5VWVVqUjA/view

8. KH. Abdul Muchith Muzadi, Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari di Mata Santri, (Jombang; Pustaka Tebu Ireng, 2010) Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCdzhlemhETldOeDQ/view

9. Syaikh Thahir bin Shalih al-Jaza'iri, Terjemah Jawahirul Kalamiyyah. Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuZE1iS2RrYWhrdGc/view

10. A. Shihabuddin, Telaah Kritis atas Doktrin Faham Salafi Wahabi, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B6GRfv4J--YuOHh6X19SclFaUlE/view

11. Habib Ali bin Muhammad al-Habsy, Maulid Simthud Duror, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCS05EdG1fTjJyZGM/view

12. Imam Ja'far Ibn Hasan al-Barzanji, Maulid Barzanji Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCMUFoLV94NmhVLTQ/view

20. Imam Abdurrahman al-dibaa'i, Maulid Ad-Dibaa'i, Link Download: https://drive.google.com/file/d/0B49krkb9SjaCVktCNEJTbWVNek0/view

Semoga bermanfaat, menebar manfaat mendobrak keterbatasan literasi

#alanumedia

Silahkan di sebarkan agar mendapatkan amal jariyah ๐Ÿคฒ๐Ÿ˜Š


https://bangkitmedia.com/nasihat-gus-miek-kapan-pun-kita-ditawari-nikah-kita-harus-siap/

*Nasihat Gus Miek: Kapan Pun Kita Ditawari Nikah, Kita Harus Siap!*

“Awake dhewe kapan ditawari rabi, bismillah siap, siap sanggup mampu meletakkan mental di atas masail musykilat problemat (Kapan pun kita ditawari nikah, kita harus siap; siap untuk meeletakkan mental diatas berbagai macam masalah, keruwetan-keruwetan, dan aneka problema),” nasihat Gus Miek di Putat Gresik.

Menurut Gus Miek, syarat menikah yang paling utama adalah kesiapan mental dan menata niat, nawaitu bismillah. Menikah tidaklah tergantung akan kemampuan finansial misalnya, atau umur dan syarat-syarat lain yang menyebabkan seseorang menjadi terbebani untuk melangkah menuju pelaminan. Dengan mental yang kuat, insya Allah, orang yang memasuki jenjang pernikahan akan mampu mengatasi masalah yang menghadang. Alangkah banyak orang yang secara inderawi kemampuan untuk menikah, namun kenyataannya mereka tidak berani melangkah ke jenjang pernikahan.

Orang yang memiliki kesiapan mental akan lebih berhasil membawa biduk rumah tangganya untuk menggapai ridho Allah. Dan tidaklah mental itu dapat diperoleh kecuali karena adanya “hubungan khusus” dengan Sang Pencipta, yakni tawakal. Sebab, tawakal adalah senjata yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang yang mengerti akan dirinya, mengerti akan kehambaannya, mengerti akan kelemahannya.

Saya teringat peryataan Gus Dur dalam sebuah majalah yang saya lupa namanya, yang terbit tahun 1980-1990. Gus Dur mengatakan, “Masalah itu ada dua macam. Pertama, masalah yang bisa dipecahkan; dan kedua, masalah yang akan selesai dengan sendirinya.” Selesai sendirinya; waktulah yang akan menyelesaikannya.

Penulis juga teringat dengan peryataan seseorang filosof yang mengatakan bahwa ketika kita menghadapi problem, dimana kita harus mengambil sebuah keputusan melangkah atau tidak, apapun yang kita pilih melangkah atau tidak melangkah sebenarnya kita telah memutuskan suatu hal. Dalam arti, melangkah atau tidak, sebenarnya kita telah “malangkah” dalam sebuah keputusan.

Dalam mengambil i’tibar nasihat Gus Miek di atas, yang perlu kita perhatikan adalah pertahanan mental yang harus lebih kuat dibandingkan dengan masalah yang datang. Kalau bisa diibaratkan dengan bahasa lain, ‘tuan rumah lebih kuat dibandingkan dengan tamu’. Tuan rumah adalah pribadi atau batin kita (mental), sedangkan tamu adalah berbagai macam masalah.

Jika tuan rumah ibarat hati maka tamunya adalah ahwa’, bisikan-bisikan setan dan unsur lainnya yang bersifat negatif. Jika tuan rumah lebih kuat maka tamu yang tidak baik itu tidak akan mampu memasuki wilayah tuan rumah. Sebaliknya, jika tuan rumah lemah, tamu yang jahat akan leluasa menguasai, bahkan mengendalikan tuan rumah. Jika mental kita baik, apa pun masalah yang kita hadapi, kita akan mampu bertahan dan pada akhirnya mengatasinya; demikian pula sebaliknya.

Oleh sebab itu, Gus Miek tidak putus-putusnya menasihati, “Dalam menghadapi cobaan-cobaan yang datang, hendaklah kita mengandalkan doa yang merupakan senjata kita dan senjata orang-orang saleh yang telah lulus diuji. Sebab, harus diakui bahwa kita mempunyai keterbatasan yang mencolok, antara lain keterbatasan dana, keterbatasan berpikir, keterbatasan melakukan pembenahan dan penyelesaiannya. Di sinilah perlunya kita punya kepasrahan total kepada Allah.”

Salah satu suplemen untuk menguatkan mental kita, seperti yang sering disinggung oleh Gus Miek adalah dengan Sema’an Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin.

Oleh: M. Alwi Fuadi

Catatan; Tulisan ini disarikan (hadi/bangkitmedia.com) dari buku, “Nasihat Gus Miek: Membangun Keluarga Sakinah”.

Tahukah Anda? Semua Ulama Madzab Mempelajari & mengamalkan Tasawuf


Seringkali kita mendengar ceramah atau tulisan yang tersebar di buku atau internet, bahwa ilmu tasawuf itu tidak ada dalam Islam. Sesuatu yang tidak ada dalam Islam artinya bid'ah, karena termasuk sesuatu yang diada-adakan. Dan pelaku bid'ah akan masuk neraka. Maka tasawuf itu adalah sesat dan menyesatkan.

Saya pun sering bertanya-tanya, benarkah klaim sesat itu ? Dari sedikit banyak membaca dan bergabung dengan pengajian tasawuf, ternyata klaim-klaim seperti itu tidak berdasar. Tidak ada yang baru sebenarnya dalam prinsip-prinsip yang dipelajari dalam tasawuf. Karena sesungguhnya, di zaman nabi pun tasawuf, fiqih, tauhid diajarkan dan dipraktekkan secara serempak.

Klasifikasi ilmu-ilmu Islam tersebut barulah ada setelah jauh nabi Muhammad wafat.

Tasawuf lebih menfokuskan praktek Islam secara batiniah yaitu bagaimana mendekatkan diri kepada Allah secara ikhlas tanpa pretensi apapun kecuali kecintaan kepada sang Pencipta.

Dan juga bagaimana kita bisa bebas/merdeka dari penyakit-penyakit hati seperti sombong, iri, dengki, kikir, dan ghibah.

Karena semua penyakit itu akan berpotensi menjadi penghalang atau hijab antara manusia dengan Allah Swt.

Sedangkan ilmu Fiqih menfokuskan diri bagaimana Islam diterapkan secara lahiriah. Bisa dikatakan semacam juklak atau petunjuk pelaksanaan bagaimana umat Islam menjalankan sholat, puasa, zakat, haji, mengubur jenasah, menikah, menghitung waris dan lain-lain.

Jadi Fiqih dan tasawuf pada hakekatnya adalah ilmu lahir dan ilmu batin. Keduanya saling melengkapi, dan tidak bisa dipisahkan. Makanya tidak heran jika para ulama madzab pun semuanya bertarekat dan mempunyai  guru tasawuf  ( murshid ) yang jelas silsilahnya.

IMAM ABU HANIFAH ( HANAFI ) (85 H -150 H) (Nu’man bin Tsabit - Ulama besar pendiri mazhab Hanafi)

Beliau adalah murid dari Ahli Silsilah Tarekat Naqsyabandi yaitu Imam Jafar as Shadiq ra.

Berkaitan dengan hal ini, Jalaluddin as Suyuthi didalam kitab Durr al-Mantsur, meriwayatkan bahwa Imam Abu Hanifah berkata, “Jika tidak karena dua tahun, aku telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”.

IMAM MALIKI (Malik bin Anas - Ulama besar pendiri mazhab Maliki) juga murid Imam Jafar as Shadiq ra, mengungkapkan pernyataannya yang mendukung terhadap ilmu tasawuf sebagai berikut :

“Man tasawaffa wa lam yatafaqa faqad tazandaqa, wa man tafaqaha wa lam yatasawaf faqad tafasaq, wa man tasawaffa wa taraqaha faqad tahaqaq”.

Yang artinya : “Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fiqih maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqih tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dengan disertai fiqih dia meraih Kebenaran dan Realitas dalam Islam.” (’Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, juz 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan). 

IMAM SYAFI’I (Muhammad bin Idris, 150-205 H) Ulama besar pendiri mazhab Syafi’i berkata, “Saya berkumpul bersama orang-orang sufi dan menerima 3 ilmu:

  1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara
  2. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati 
  3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf.”
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz 1, hal. 341)

IMAM AHMAD BIN HANBAL (164-241 H) Ulama besar pendiri mazhab Hanbali berkata, “Anakku, kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” (Ghiza al Albab, juz 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)

Demikian sedikit tulisan tentang catatan bahwa para ulama panutan kita pun belajar tasawuf dan menekankan betapa pentingnya belajar tasawuf sehingga ibadah yang dijalankan oleh umat Islam tidak kering dari ruh yang menghidupkan ibadah.

Sehingga pada prakteknya ibadah tidak berhenti pada gerakan badan, tapi berlanjut dengan gerak batin yang selalu ingat kepada Allah Swt kapan dan di mana pun.

Barangkali krisis dan dekadensi moral yang melanda bangsa kita, salah satunya karena nilai-nilai ajaran dalam tasawuf tidak dipraktekkan guna menyeimbangkan ilmu syariat yang sudah diamalkan.

Makanya sering kita mendengar ucapan, banyak yang sudah sholat dan puasa, tapi masih mau nyuri atau korupsi. Masih mau nilep dan markup anggaran yang diamanahkan. Saatnya para ulama memperhatikan praktek keagamaan yang terintegrasi antara praktek syari'ah dan batiniah, sehingga Islam bisa dipelajari secara menyeluruh dan tidak parsial.

Terakhir, jika para ulama madzab pun mengakui dan mempelajari tasawuf, akankah para pengkritik tasawuf yang menghakimi dengan kesesatan dan bid'ah, akan mengatakan bahwa ke empat ulama madzab tersebut sesat ?

Sumber referensi tulisan :
http://energikultivasi.wordpress.com/2011/06/23/kesaksian-para-ulama-fiqih-tentang-sufi-dan-tasawuf/
Syaikhina Simbah Kyai Maimoen Zubair dawuh :

‎ูˆุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนุธูŠู… ุงู„ููˆู†ุฏูˆูƒ ู„ูŠุณ ูˆุณูŠู„ุฉ ุงู„ู‰ ุงู„ุฌู†ุฉ، ูˆุฅู†ู…ุง ุงู„ูˆุณูŠู„ุฉ ู‡ู‰ ุงู„ุชุนู„ูŠู…

“Demi Allah Dzat Yang Maha Agung, pondok bukan wasilah ke surga, yang menjadi wasilah adalah ngajinya”.

Beliau meneruskan dawuh:

“Pondok iku donyo akeh kyai seng gak faham, mergo pondok iki nek kyaine mati, anake podo rebutan, iki ndudohno ne pondok iki ndunyo. Akidahku lan mbah mbahku kabeh ora podo ngarepno pondok. Aku mulang ihya’ lan ngaji liane neng atine ora ono sekelumit blas pengen due pondok”.

(Pondok itu termasuk bagian dari dunia, banyak kyai yang tidak faham, karna pondok itu kalau kyainya meninggal, anak anaknya saling berebut, itu menunjukan kalau pondok itu bagian dari dunia. Akidahku dan kakek-kakekku semuanya tidak menginginkan pondok. Saya mengajar kitab Ihya’ Ulumiddin dan kitab lainya, di hati tidak ada sekelumit pun ingin punya pondok).

Beliau Syaikhina akhirnya mewanti wanti :

“Pokoke seng kudu mok cekeli koe kudu ngaji lan mulang kitab salaf, Donyo ora bakal kiamat ne wong iseh podo ngaji”.

(Pokoknya yang harus dipegang erat, kamu harus ngaji dan mengajar kitab salaf. Dunia tidak akan kiamat selama orang masih mau mengaji).

(Disarikan santri Sarang dalam Ngaji Mbah Maimoen pada Sabtu, 29 April, 2017).
.
#indonesia #nahdatululama


https://www.facebook.com/100000254544388/posts/2724060740945717/


GUS MIEK : WAJAH SEBUAH KERINDUAN
Oleh : KH. Abdurrahman Wahid
Tulisan ini telah dimuat di harian Kompas, 13 Juni 1993

Pengantar redaksi : Gus Miek, panggilan akrab tokoh sema'an Al Quran, Kyai Haji Hamim Jazuli, Sabtu 5 Juni lalu meninggal di RS Budi Mulya, Surabaya dalam usia 53 tahun, karena mengidap kanker paru-paru dan ginjal akut. Jenazahnya dimakamkan tanggal 6 Juni di Pemakaman Aulia Tambak, Kecamatan Mojo, Kediri, bersebelahan dengan KH Anis Ibrahim dan KH Achmad Sidiq. Teman dekatnya, KH Abdurrahman Wahid -- Ketua PBNU, menuliskan obituari khusus untuk Kompas berikut ini.

TIGA tahun lalu, di beranda sebuah surau di Tambak, Desa Ploso, Kediri, saya berhasil mengejarnya. Mobil yang saya tumpangi menelusuri kota Kediri sebelum melihat mobil Gus Miek di sebuah gang, tengah meninggalkan tempat itu. Dalam kecepatan tinggi, mobilnya menuju ke arah selatan dan hanya dapat kami bayangi dari kejauhan. Setelah membelok ke barat dan kemudian ke utara melalui jalan paralel, akhirnya mobil itu berhenti di depan surau tersebut. Gus Miek sudah meninggalkan mobilnya menuju ke surau itu, ketika mobil tumpangan saya sampai. Ia terkejut melihat kedatangan saya, karena dikiranya saya adalah adiknya, Gus Huda. Rupanya mobil tumpangan saya sama warna dan merek dengan mobil adiknya itu.

Dari beranda itu ia menunjuk sebidang tanah yang baru saja disambungkan ke pekarangan surau dan berkata kepada saya, "Di situ nanti Kiyai Ahmad akan dimakamkan. Demikian juga saya. Dan nantinya sampeyan". Dikatakan, tanah itu sengaja dibelinya untuk tempat penguburan para penghafal Al Quran. Saya katakan kepadanya, bahwa saya bukan penghafal Al Quran. Dijawabnya bahwa bagaimanapun saya harus dikuburkan di situ. Setahun kemudian, ketika KH Ahmad Sidiq wafat, beliau pun dikuburkan di tempat itu atas permintaan Gus Miek. Baru saya sadari bahwa Kiyai Ahmad yang dimaksudkannya setahun sebelum itu adalah KH Ahmad Sidiq.

Hal-hal seperti inilah yang seringkali dijadikan bukti oleh orang banyak, bahwa KH Hamim Jazuli alias Gus Miek adalah seorang dengan kemampuan super natural. Sesuai dengan "tradisi" penyempitan makna istilah, orang awam menyebutnya dengan istilah wali (saint). Kemampuan super natural Kiyai Hamim alias Gus Miek itu, dalam istilahan estakologi orang pesantren, dinamakan sifat khariqul 'adah, alias keanehan-keanehan. Dengan bermacam-macam keanehan yang dimilikinya, Gus Miek lalu memperoleh status orang keramat. Banyak "kesaktian" ditempelkan pada reputasinya. Mau banyak rezeki, harus memperoleh berkahnya. Ingin naik pangkat, harus didukung olehnya. Mau beribadah haji, harus dimakelarinya. Mau gampang jodoh, minta pasangan kepadanya. Dan demikian seterusnya.

Reputasi sebagai orang keramat ini, dinilai sebagai pendorong mengapa banyak orang berbondong-bondong memadati acara keagamaan yang dilangsungkan Gus Miek. Sema'an (bersama-sama mendengarkan bacaan Al-Quran oleh para penghafalnya) yang diselenggarakannya di mana-mana, selalu penuh sesak oleh rakyat banyak. Dari pagi orang bersabar mendengarkan bacaan Al Quran, untuk mengamini doa yang dibacakan Gus Miek seusai menamatkan bacaan Al Quran secara utuh, biasanya sekitar jam delapan malam. Bersabar mereka menanti sepanjang hari, untuk memperoleh siraman jiwa berupa maui'izah hasanah (petuah yang baik) dari tokoh kharismatik ini. Padahal, sepagian itu ia masih tidur, setelah begadang semalam suntuk. Itulah acara rutinnya, di mana pun ia berada.

Baru belakangan orang menyadari, bahwa Gus Miek menempuh dua pola kehidupan sekaligus. Kehidupan tradisional orang pesantren, tertuang dalam rutinitas sema'an, dan gebyarnya kehidupan dunia hiburan modern. Gebyar, karena dia selamanya berada di tengah diskotik, night club, coffee shop dan "arena persinggahan perkampungan" orang-orang tuna susila.

Tidak tanggung-tanggung, ia akrab dengan seluruh penghuni dan aktor kehidupan tempat tersebut. Yang ditenggaknya adalah bir hitam, yang setiap malam ia nikmati berbotol-botol. Rokoknya Wismilak bungkus hitam, yang ramuannya diakui berat.

Kontradiktif? Ternyata tidak, karena di kedua tempat itu ia berperanan sama. Memberikan kesejukan kepada jiwa yang gersang, memberikan harapan kepada mereka yang putus asa, menghibur mereka yang bersedih, menyantuni mereka yang putus asa, menghibur mereka yang bersedih, menyantuni mereka yang lemah dan mengajak semua kepada kebaikan. Apakah itu petuah di pengajian seusai sema'an, sewaktu konsultasi pribadi dengan pejabat dan kaum elit lainnya, ataupun ketika meladeni bisikan kepedihan yang disampaikan dengan suara lirih ke telinganya oleh wanita-wanita penghibur, esensinya tetap sama. Manusia mempunyai potensi memperbaiki keadaannya sendiri.

***

DUA tahun yang lalu, Gus Miek mengatakan kepada saya, bahwa saya harus mundur dari NU. Saya baca hal itu sebagai imbauan, agar saya teruskan perjuangan menegakkan demokrasi di negeri kita, tetapi dengan tidak "merugikan" kepentingan organisasi yang saat ini sedang saya pimpin. Dikatakan, sebaiknya saya mengikuti jejaknya berkiprah secara individual melayani semua lapisan masyarakat. Saya tolak ajakan itu dua tahun yang lalu, karena saya beranggapan perjuangan melalui NU masih tetap efektif.

Baru sekarang saya sadari, menjelang saat kepulangan Gus Miek ke haribaan Tuhan, bahwa ia membaca tanda zaman lebih jeli daripada saya. Bahwa dengan "menggendong" beban NU, upaya menegakkan demokrasi tidak menjadi semakin mudah. Karena para pemimpin NU yang lain justru tidak ingin kemapanan yang ada diusik orang. Dari tokoh inilah saya belajar untuk membedakan apa yang menjadi pokok persoalan, dan apa yang sekadar ranting.

Tetapi, Gus Miek juga hanyalah manusia biasa. Manusia yang memiliki kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan. Keseimbangan hidupnya tidak bertahan lama oleh ketimpangan pendekatan yang diambilnya. Ia menjadi terlalu memperhatikan kepentingan orang-orang besar dan para pemimpin tingkat nasional. Ia juga tidak menjadi imun terhadap kenikmatan hidup dunia gebyar. Untuk beberapa bulan hubungan saya dengan Gus Miek secara batin menjadi sangat terganggu karena hal-hal itu. Saya menolak untuk mendukung jagonya untuk jabatan Wapres, dan ini membuat ia tidak enak perasaan kepada saya.

Mungkin, tidak dipahaminya keinginan saya agar agama tidak dimanipulasikan dengan politik negara. Tugas pemimpin agama adalah menjaga keutuhan bangsa dan negara dan berupaya agar kebenaran dapat ditegakkan. Sedangkan kebenaran itu akan terjelma melalui kedaulatan rakyat sesungguhnya, kedaulatan hukum, kebebasan dan persamaan perlakuan di muka undang-undang.

Tetapi, sejauh apa pun hubungan batin kami berdua, saya sendiri tetap rindu kepada Gus Miek. Bukan kepada gebyarnya dunia hiburan. Tetapi bahwa kalau malam, menjelang pagi, ia tidur beralaskan kertas koran di rumah Pak Syafi'i Ampel di kota Surabaya, atau Pak Hamid di Kediri. Yang dimiliki Pak Hamid hanyalah sebuah kursi plastik jebol dan dua buah gelas serta sebuah teko logam. Itulah dunia Gus Miek yang sebenarnya, yang ditinggalkannya untuk beberapa bulan mungkin hanya sebagai sebuah kelengkapan lakonnya yang panjang. Agar ia tetap masih menjadi manusia, bukan malaikat.

Yang selalu saya kenang adalah kerinduannya kepada upaya perbaikan dalam diri manusia. Karena itu, ulama idolanya pun adalah yang membunyikan lonceng harapan dan genta kebaikan, bukan hardikan dan kemarahan kepada hal-hal yang buruk. Tiap 40 hari sekali ia mengaji di makam Kiyai Ihsan Jampes, yang terletak di tepi Brantas di dukuh Mutih, pinggiran kota Kediri. Ia gandrung kepada Mbah Mesir yang dimakamkan di Trenggalek, pembawa tarekat Sadziliyah dua ratus tahun yang lalu ke Jawa Timur. Tarekat itu adalah tarekatnya orang kecil, dan membimbing rakyat awam yang penuh kehausan rasa kasih dan sapaan yang santun.

Gus Miek inilah yang melalui transendensi keimanannya tidak lagi melihat "kesalahan" keyakinan orang beragama atau berkepercayaan lain. Ayu Wedayanti yang Hindu diperlakukannya sama dengan Neno Warisman yang muslimah, karena ia yakin kebaikan sama berada pada dua orang penyanyi tersebut. Banyak orang Katolik menjadi pendengar setia wejangan Gus Miek seusai sema'an.

Kerinduannya kepada realisasi potensi kebaikan pada diri manusia inilah yang menurut saya menjadikan Gus Miek super natural. Bukan karena ia menyalahi ketentuan hukum-hukum alam. Super karena dia mampu mengatasi segala macam jurang pemisah dan tembok penyekat antara sesama manusia. Natural, karena yang ia harapkan hanyalah kebaikan bagi manusia. Kalau ia dianggap nyleneh (khariqul 'adah), maka dalam artian inilah ia harus dipahami demikian. Bukankah nyleneh orang yang tidak peduli batasan agama, etnis dan profesi dan tidak hirau apa yang dinamakan baik dan buruk di mata kebanyakan manusia, sementara manusia saling menghancurkan dan membunuh?

Dimuat di Harian KOMPAS Minggu, 13-06-1993

PESAN GUS BAHA' KEPADA USTADZ YANG TERLALU KERAS KEPADA PEMERINTAH


Bahauddin atau Gus Baha adalah putra Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Al Qur’an di Kragan, Narukan, Rembang. Kiai Nur Salim adalah murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati.

Salah satu pernyataan Gus Baha yang patut dijadikan bahan instrospeksi adalah ketika beliau menjawab permintaan nasihat salah satu audiens agar anak-anak muda NU juga mau turun berdakwah pada acara ngaji bareng Gus Baha dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw di Masjid Bayt Al-Qur’an di Pondok Cabe Tangsel, pada hari Rabu 03 April 2019 lalu.

Gus Baha merupakan salah satu kiai produk pesantren yang sangat alim, hafal Al-Qur’an dan fasih dalam berbagai bidang ilmu keagamaan. Video pengajiannya telah banyak tersebar di berbagai jejaring sosial dan Youtube.

Gus Baha berpesan bahwa kalau berdakwah itu harus bilhikmati wal mauidhatil hasanah (dengan hikmah dan pesan yang baik). Kemudian Gus Baha bercerita tentang kisah Harun Ar Rasyid dan ustadz amatir.

Dahulu, ada seorang ustadz, ustadz amatir yang berani datang ke Harun Ar Rasyid. Seorang khalifah yang alim pada masa Dinasti Abbasiyah, temannya Imam Malik, jadi termasuk khalifah yang shalih.

Ustadz amatir itu berkata:

ูŠุง ุฃู…ูŠุฑ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ุฅู†ูŠ ู†ุงุตุญ ู„ูƒ ูู…ุดุฏุฏ ุนู„ูŠูƒ ุชุฌุฏู† ููŠ ู†ูุณูƒ ุนู„ูŠ ุดูŠุก

Ya amiral mukminin inni nasihun laka famusyaddidun alaika tajidanna finafsika alayya syai’un.

“Ya amiral mukminin, saya akan menasihati kamu, cuman saya agak ekstrem tolong jangan dimasukkan hati, saya akan ngomong keras, lantang.” Padahal ia berbicara kepada presiden, amirul mukminin.

Mendengar ketidaksopanan ustadz amatir itu, Harun Ar Rasyid pun berkata :

ุฃุณูƒุช, ูุฅู† ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ูŠ ู‚ุฏ ุจุนุซ ู…ู† ู‡ูˆ ุฎูŠุฑ ู…ู†ูƒ ุฅู„ูŠ ู…ู† ู‡ูˆ ุดุฑ ู…ู†ูŠ. ูˆู…ุน ุฐู„ูƒ ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ูŠ ูˆู‚ูˆู„ุง ู„ู‡ ู‚ูˆู„ุง ู„ูŠู†ุง

Uskut, fainna Allaha ta’ala qad ba’atsa man huwa khairun minka ila man huwa syarrun minni wa ma’a dzalika yaquulu ta’ala wa quula lahu qaulan layyina.

“Hai ustadz kamu diam, Allah itu pernah menugaskan orang yang lebih baik ketimbang kamu yaitu Nabi Musa dan Harun kepada orang yang lebih buruk ketimbang saya, yaitu Fir’aun. itu saja ada etikanya, faquula lahu qaulan layyinan koq kamu sama saya mau keras nggak bisa,”

Ustadz amatir itu pun langsung berkata, “Ternyata kamu lebih alim.”

Dari kisah tersebut, Gus Baha berkata, “Kalau ada ustadz terlalu keras, terlalu tegas, misalnya kepada waliyyul amri (pemimpin pemerintah), kepada penguasa, maka kata Harun Ar Rasyid “Uskut ya ustadz, kamu diem wahai ustadz.”

Keterangan Gus Baha tersebut sangat memberikan instrospeksi kepada kita di mana masih banyak ustadz-ustadz yang ketika berdakwah terkesan “ugal-ugalan” tidak mau mengikuti etika dan tatakrama. Padahal, Rasulullah Saw sendiri diutus oleh Allah Swt untuk memperbaiki akhlak manusia. Lalu, bagaimana akhlak manusia akan sempurna jika para pendakwahnya saja tidak menunjukkan akhlak yag baik.

Kisah Harun Ar Rasyid dan ustadz amatir tersebut juga dimaksudkan Gus Baha agar anak-anak PSQ (Pusat Studi Al-Qur’an) binaan Prof. Quraish Shihab khususnya dan pada seluruh orang yang hafal Al-Qur’an pada umumnya agar ayat Al-Qur’an yang dihafal itu total, dalam arti menyatu pada dirinya.

“Jadi, kalau ulama dulu itu sudah menyatu dengan ayat, melihat apa saja itu langsung terbaca ayatnya. Saya mohon yang hafal Al-Qur’an harus hafalan dhahri qalbi (di luar kepala dan meresap dalam hatinya) karena itu cara spontanitas Anda.” Tegas Gus Baha. 

Wallahu a’lam bishowab

https://www.facebook.com/743629902411151/posts/2433234200117371/

ALHAMDULILLAH, RUU PESANTREN DISAHKAN




Pemerintah bersama DPR RI akhirnya menyepakati 49 pasal yang tertuang dalam draf RUU tentang Pesantren. RUU ini selanjutnya akan diajukan untuk disahkan melalui Sidang Paripurna. Hari ini,  Menteri Agama RI menandatangani pengesahan RUU pesantren.  Akhirnya lulusan Pondok pesantren setara dengan sekolah formal,  wajib kita syukuri sebagai insan pesantren. 

Dengan disahkannya RUU Pesantren tersebut, maka pesantren dan para santri alumninya akan sejajar secara administrasi dengan pendidikan formal dan alumni non-pesantren. Dia juga akan menjaga sanad ilmu Islam yang otoritatif.

Baca Pula : Mengintip RUU Pesantren

Ketua PBNU,  Prof DR KH said Aqil Siradj,  MA,  mengatakan bahwa Jika RUU Pesantren sudah disahkan menjadi UU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan, maka harus dikawal agar bermanfaat bagi pesantren.

Salah satu hal yang ditolak dari RUU Pesantren dari mereka yang tidak sepakat adalah pemahaman tentang Kitab Kuning yang menjadi dasar wasilah didik. Kitab kuning itu kan istilah tentang kitab karangan ulama yang mu'tabar. Justru RUU ini akan menjaga sanad Ilmu.

Bagi kalangan pesantren, RUU Pesantren ini penting untuk kemajuan pesantren ke depannya. Sebab, jika menggunakan UU Sisdiknas, maka pesantren akan telantar atau terbengkelai terus karena selama ini pemihakan ditujukan terutama kepada sekolah formal. 

Selama ini negara masih belum memperhatikan dengan baik eksistensi pesantren, dari sisi sarana dan prasarana, pembiayaan maupun tenaga kependidikannya.

RUU Pesantren adalah upaya negara mengakui eksistensi pendidikan pondok pesantren. 

Dengan kelak adanya UU Pesantren, akan menjadi tegas bahwa pesantren juga akan mendapatkan porsi dana dari 20 % APBN. 

Menjadi jelas bahwa salah satu rujukan lembaga yang disebut Pesantren adalah kitab-kitab kuning, yang berarti pesantren akan merujuk kepada kitab-kitab klasik para Ulama otorotatif. Ini akan menjaga sanad keilmuan Islam dari penyimpangan sebab tidak memiliki rujukan otoritatif. 

Pada pasal 3 juga sangat jelas disebutkan bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan pesantren adalah membentuk pemahan agama dan keberagamaan yang moderat dan cinta tanah air.  Lembaga Pesantren yg mengajarkan ekstrimisme tentu diluar dari makna ini. 

Pasal 6 juga sangat jelas menegaskan bahwa syarat pendirian pesantren adalah berkomitmen mengamalkan nilai Islam Rahmatan lilalamin, Pancasila, UUD 45 dan NKRI. Ini akan menutup semua celah lembaga pesantren yang tidak berkomitmen terhadap nilai-nilai tersebut. 

Secara admiistrasi pun UU Pesantren menegaskan bahwa ijazah  pesantren jalur pendidikan non formal akan disamakan dengan lembaga pendidikan lain dan bisa melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi.  

Dan secara tegas juga disebutkan bahwa pemerintah pusat akan membantu pendanaan penyelenggaraan pesantrean melalui APBD atau APBN. 

RUU ini akan memperkuat institusi dan kelembagaan madrasah dan pesantren meskipun sejak berabad-abad lalu pesantren sudah membuktikan kemandiriannya.

UU ini nanti juga akan memperkuat dan mempertajam keinginan atau good will negara terhadap madrasah dan pesantren. 


@BaskoroAbimanyu

Sabtu, 19 Oktober 2019

Membongkar Fakta Sejarah Hari Pahlawan 10 November dan Resolusi Jihad 22 Oktober yang Disembunyikan


Banyak orang yang tidak paham fakta adanya fatwa resolusi jihad 22 Oktober 1945 karena tidak ditulis dalam buku sejarah di sekolah. Ada apa sebenarnya?

Sejarah pertempuran 10 November, awalnya tidak ada yang mau mengakui fatwa & resolusi jihad itu pernah ada. Tulisanya Prof. Ruslan Abdul Gani, yang ikut terlibat, resolusi jihad disebut tidak pernah ada.

Bung tomo yang pidato teriak-teriak, dalam bukunya juga tidak pernah menyebutkan bahwa fatwa & resolusi jihad pernah ada. Laporan tulisan mayor Jendral Sungkono juga tidak menyebut pernah ada fatwa & resolusi jihad.

Karena itu banyak orang menganggap fatwa & resolusi jihad itu hanya dongeng dan ceritanya orang NU saja. “Di antara elemen bangsa Indonesia yang tidak memiliki peran dan andil dalam usaha kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia itu hanya golongan pesantren hususnya NU”.

Itu kesimpulan seminar nasional di perguruan tinggi negeri besar di Jakarta tentang perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia pada tahun 2014. Bahkan dengan sinis salah seorang menyatakan, “Organisasi PKI, itu saja pernah berjasa. Karena pernah melakukan pemberontakan tahun 1926 melawan Belanda. NU tidak pernah”. Aneh.

Pandangan ini juga pernah dianut oleh tokoh-tokoh LIPI. Gus Dur juga mengkonfirmasi kalau sejarah ulama dan Kyai memang sudah lama ingin dilenyapkan. Tahun 1990 ada peringatan 45 tahun pertempuran 10 November. Yang jadi pahlawan besar dalam pertempuran 10 November diumumkan dari golongan itu.

Yakni orang terpelajar yang berpendidikan tinggi. Nama-nama mereka muncul tersebar di televisi, koran, dan majalah. “Itu ceritanya, 10 November yang berjasa itu harusnya Kyai Hasyim Asy'ari dan poro Kyai. Kok bisa yang jadi pahlawan itu wong-wong sosialis?”. Itu komentar Nyai Sholihah, ibu Gus Dur.

Dari situlah Gus Dur diminta untuk klarifikasi. Lalu Gus Dur klarifikasi, menemui tokoh-tokoh tua & senior di kalangan kelompok sosialis, mengenai 10 November. Sambil ketawa-ketawa mereka menjawab, “Yang namanya sejarah dari dulu kan selalu berulang, Gus. Bahwa sejarah sudah mencatat, orang bodoh itu makanannya orang pintar”.

“Yang berjasa orang bodoh, tapi yang jadi pahlawan wong pinter. Itu biasa, Gus”, katanya kepada Gus Dur. Gus dur marah betul dibegitukan. Sampai tahun 90-an NU masih dinganggap bodoh mereka. Tahun 91, Gus Dur melakukan kaderisasi besar-besaran anak muda NU.

Anak-anak santri dilatih mengenal analisis sosial (ansos) dan teori sosial, filsafat, sejarah, geopolitik, & geostrategi. Semua diajari. Supaya tidak lagi dianggap bodoh. Dan kemudian berkembang hingga kini. “Saya termasuk yang ikut pertama kali kaderisasi itu. karena itu agak faham”, kata KH. Agus Sunyoto.

Saat penulis sejarah Indonesia menyatakan fatwa dan resolusi jihad tidak ada, KH. Agus Sunyoto menemukan tulisan sejarawan Amerika, Frederik Anderson. Dalam tulisanya tentang penjajahan jepang di Indonesia thn 42 sampai 45, ia menulis begini:

22 Oktober 1945 pernah ada resolusi jihad yg dikeluarkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Surabaya. Tanggal 27 Oktober, Koran Kedaulatan Rakyat juga memuat lengkap resolusi jihad. Koran Suara Masyarakat di Jakarta, juga memuat resolusi jihad.

Peristiwa ini ada, sekalipun wong Indonesia tidak mau menulisnya, karena menganggap NU yang mengeluarkan fatwa sebagai golongan lapisan bawah. Sejarah dikebiri. Dokumen-dokumen lama yang sebagian besar berbahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, dan sebagainya, dibongkar.

Patahlah semua anutan doktor sejarah yang menyatakan NU tidak punya peran apa-apa terhadap kemerdekaan.

Ketika Indonesia pertama kali merdeka 45, kita gak punya tentara.  Baru dua bulan kemudian ada tentara. Agustus, September, lalu pada 5 Oktober dibentuk tentara keamanan rakyat (TKR). Tanggal 10 Oktober diumumkanlah jumlah tentara TKR di Jawa saja. Ternyata, TKR di Jawa ada 10 divisi. 1 divisi isinya 10.000 prajurit. 
Terdiri atas 3 resimen dan 15 batalyon.

Artinya TKR jumlahnya ada 100.000 pasukan. Itu TKR pertama. Yang nanti menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama Kolonel KH. Sam’un, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih Kyai, yakni kolonel KH. Arwiji Kartawinata (Tasikmalaya). Sampai tingkat resimen Kyai juga yang memimpin.

Fakta, resimen 17 dipimpin oleh Letnan Kolonel KH. Iskandar Idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus Anis. Di batalyon pun banyak komandan Kyai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin Mayor KH. Iskandar 
Sulaiman yang saat itu menjabat Rais Suriyah NU Kabupaten Malang. Ini dokumen arsip nasional, ada Sekretariat Negara dan TNI.

Tapi semua data itu tidak ada di buku bacaan anak SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran Kyai. KH. Hasyim Asy'ari yang ditetapkan pahlawan oleh Bung Karno pun tidak ditulis. Jadi jasa para Kyai dan santri memang dulu disingkirkan betul dari sejarah berdirinya Republik Indonesia ini.

Waktu itu, Indonesia baru berdiri. Tidak ada duit untuk bayar tentara. Hanya paro Kyai dengan santri-santri yang menjadi tentara dan mau berjuang sebagai militer tanpa bayaran. Hanya paro Kyai, dengan tentara-tentara Hizbulloh yang mau korban nyawa tanpa dibayar. Sampai sekarang pun, NU masih punya tentara swasta namanya Banser, ya gak dibayar. Wkwkwk

Tentara itu baru menerima bayaran pada tahun 1950. Selama 45 sampai perjuangan di tahun 50-an itu, tidak ada tentara yang dibayar negara. Kalau mau mikir, 10 November Surabaya adalah peristiwa paling aneh dalam sejarah. Kenapa? Kok bisa ada pertempuran besar yg terjadi setelah perang dunia selesai 15 Agustus.

Sebelum pertempuran 10 November, ternyata ada perang 4 hari di Surabaya. Tanggal 26, 27, 28, 29 oktober 1945. Kok ‘ujug-ujug’ muncul perang 4 hari di ceritanya gimana? Jawabnya: Karena sebelum tanggal 26 Oktober, Surabaya bergolak, 
setelah ada fatwa resolusi jihad PBNU pada tanggal 22 Oktober. Kini diperingati sbg Hari Santri.

Tentara Inggris sendiri aslinya tidak pernah berfikir akan perang dan bertempur dg penduduk Surabaya. Perang selesai kok. Begitu pikirnya. Tapi karena masarakat Surabaya terpengaruh fatwa dan resolusi jihad, mereka siap nyerang Inggris, yang waktu itu mendarat di Surabaya. Sejarah inilah yang selama ini ditutupi.

Jika resolusi jihad ditutupi, orang yang membaca sekilas peristiwa 10 November akan menyebut tentara Inggris ‘ora waras’. Ngapain Ngebomi kota Surabaya tanpa sebab? Tapi kalau melihat rangkaian ini dari resolusi jihad, baru masuk akal. “Oya, marah mereka karena jenderal dan pasukannya dibunuh arek-arek Bonek Suroboyo”.

Fatwa Jihad muncul krn Presiden Soekarno meminta fatwa kepada
PBNU: apa yg harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai. Bung Karno juga menyatakan bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia. Sejak diproklamasikan 17 Agustus dan dibentuk 18 Agustus, tidak ada satupun negara di dunia yang mau mengakui.

Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai Negara boneka bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang 25 Oktober tidak diperbolehkan masuk Surabaya karena penduduk Surabaya sudah siap perang.

Ternyata sore hari, Gubernur Jawa Timur mempersilakan. “Silahkan Inggris masuk tapi di tempat yang secukupnya saja”. Ditunjukkanlah beberapa lokasi, kemudian mereka masuk. Tanggal 26 Oktober, ternyata Inggris malah membangun banyak pos-pos pertahanan dengan karung-karung pasir yang ditumpuk & diisi senapan mesin.

“Lho, ini apa maunya Inggris. Kan sudah tersiar kabar luas kalau 
Belanda akan kembali menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Inggris”, begitu kata arek-arek. Pada 26 Oktober sore hari, pos pertahanan itu diserang massa. Penduduk Surabaya dari kampung-kampung keluar ‘nawur’ pasukan inggris. “Ayo ‘tawur..tawuran..’!”.

Para pelaku mengatakan, itu bukan perang mas, tp tawuran. Kenapa? Gak ada komandanya, gak ada yg memimpin. “Pokoke wong krungu jihad.. 
jihad… Mbah hasyim.. Mbah hasyim…”. Berduyun-duyun, arek2 Suroboyo sudah, keluar rumah semua dan 
langsung tawur sambil teriak ‘Allahu Akbar’ dan itu berlangsung 27 Oktober.

Mereka bergerak karena seruan jihad Mbah Hasyim itu disiarkan lewat 
langgar-langgar, masjid-masjid, dan spiker-spiker. Pada 28 Oktober, tentara ikut arus arek2, ikut gelut dengan Inggris. Massa langsung dipimpin tentara. Dalam pertempuran 28 Oktober ini, 1000 lebih tentara Inggris mati dibunuh.

Tapi tentara tidak mau mengakui, karena Indonesia meski sudah merdeka, belum ada yang mengakui. Itu jadi urusan besar tingkat dunia jika ada kabar tentara Indonesia bunuh Inggris. Tentara tidak mau ikut campur. Negara belum ada yang mengakui kok sudah klaim bunuh tentara Inggris. Itu semua ikhtiyar arek-arek Suroboyo kabeh.

Pada 29 Oktober pertempuran itu masih terus terjadi. Inggris akhirnya mendatangkan presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta utk mendamaikan. 35. Pada 30 Oktober ditandatanganilah kesepakatan damai tidak saling tembak-menembak. Yang tanda tangan Gubernur Jatim juga. Sudah damai, tapi massa kampung tidak mau damai.

Pada 30 Oktober, akhirnya Brigadir Jenderal Mallaby digranat arek-arek Suroboyo. Mati mengenaskan di tangan pemuda Ansor. Ditembak, mobilnya digranat di Jembatan Merah. Sejarah kematian Mallaby ini tidak diakui oleh Inggris. Ada yang menyebut Mallaby mati dibunuh secara licik oleh Indonesia. Aneh, jenderal mati tp disembunyikan sebabnya karena malu.

Inggris marah betul. Masa negara kolonial kalah. Mereka malu & bingung. Perang sudah selesai, tapi pasukan Inggris kok diserang, jenderalnya dibunuh. Apa ini maksudnya? “Kalau sampai tanggal 9 Nopember jam 6 sore pembunuh Mallaby tidak diserahkan, dan tanggal itu orang-orang surabaya masih yang memegang bedil, meriam dst. tidak menyerahkan senjata kepada tentara Inggris, maka tanggal 10 Nopember jam 6 pagi Surabaya akan dibombardir lewat darat, laut, dan udara," begitu amuk jenderal tertinggi Inggris.

Datanglah tujuh kapal perang langsung ke Pelabuhan Tanjung Perak. Meriam Inggris sudah diarahkan ke Surabaya. Diturunkan pula meriam Howidser yang khusus untuk menghancurkan bangunan. Satu skuadron pesawat tempur dan pesawat pengebom juga siap dipakai. Surabaya kala itu memang mau dibakar habis karena Inggris marah kepada pembunuh Mallaby.

Pada 9 November jam setengah empat sore, Mbah Hasyim yang baru pulang usai Konferensi Masyumi di Jogja sebagai ketua, mendengar kabar arek-arek Suroboyo diancam Inggris. “Fardhu a'in bagi semua umat Islam yang berada dalam jarak 94 kilo dari Kota Surabaya untuk membela Kota Surabaya”. 94 kilo itu- jarak dibolehkannya solat qoshor.

Wilayah Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek,Kediri,n wilayah Mataraman, Mojokerto, Malang, Pasuruan, Jombang datang semua karena dalam jarak radius 94 kilo. Dari Kediri, Lirboyo ini datang dipimpin Kyai Mahrus. Seruan Mbah Hasyim langsung disambut luar biasa. Bahkan Cirebon yang lebih dari 500 kilo datang- ke Surabaya ikut seruan jihad PBNU.

Anak-anak kecil bahkan orang-orang dari lintas agama juga ikut perang. Orang Konghucu, Kristen, dan Budha semua ikut jihad. Selain Mallaby, pertempuran di Surabaya Brigadir jendral: Loder Saimen. Luar biasa pengorbanan arek-arek Surabaya, para Kyai, dan santri. Tapi lihat, apa yg dilakukan pemerintah di kemudian hari kepada para Kyai ini? Dimanipulasi.

Demikian kultweet #dutaislamcom dari KH. Agus Sunyoto saat 
menghadiri bedah buku "Fatwa dan Resolusi Jihad" di Pondok Lirboyo 3 November 2017.

Jumat, 18 Oktober 2019

Survey Menentukan Sekretariatan NU


Telah dilaksanakan Survey menentukan tempat sekretariatan NU Medokan Ayu, dengan hasil laporan :

Tim Survey :
  1. Bp. H. Ainul Yaqin (Ketua Tanfidz)
  2. Bp. Dzikri Syeban (Wakil Ketua)
  3. Bp. Onny Fahamsyah (Sekretaris)
Waktu : 08.00 - 09.30

Tempat yang di Survey :
Pertama : Gedung BLC/Kelurahan Lama
Hasil Pengamatan :


  1. Aset tersebut milik pemkot Surabaya, sehingga perijinan secara birokrasi akan lebih panjang.
  2. Pagarnya selalu terkunci
  3. Banyak sampah dedaunan, 
  4. Bila berhome-base disini, tapi tidak aktif ikut menjaga kebersihan maka bisa menjadi fitnah.
  5. Secara umum : kurang layak menjadi sekretariatan, tapi untuk acara pelatihan maupun seminar bisa dilaksanakan di tempat ini.

Kedua : TPQ Al-Ikhlas/ TK. Imaduddin
Alamat : Jl. Masjid no. 123
Hasil Pengamatan :



  1. Aset tersebut milik masjid Imadudin
  2. Lantai dua keliatannya tidak digunakan,  tetapi atap plafonnya jebol sehingga perlu biaya perbaikan seandainya menempatinya
  3. Karena masih aktif dipakai TK dan TPQ, maka riskan terhadap fitnah kebersihan dan keamanan bila terjadi kehilangan
  4. Secara umum : kurang sesuai bila menjadi sekretariatan.

Ketiga : Di bawah Menara Masjid Al-Ichsan
Alamat : Wonoayu 30A, RT I/ RW III
Hasil pengamatan :



  1. Ukuran areal kurang lebih 4x4 meter
  2. Berada di areal masjid, sehingga mendukung dalam aktivitas beribadah jamaah sekaligus memakmurkan masjid
  3. Dari gambaran umum, sangat representatif sebagai kesekretariatan
  4. Sudah berkoordinasi dengan ketakmiran masjid, untuk selanjutnya dimusyawarahkan kepada H. Waris selaku Rais Syuriah Pengurus Ranting NU Medokan Ayu.


Koordinasi Takmir dengan Tanfidz

Kamis, 17 Oktober 2019

MENGAPA BER-NU ?



Ahlussunah wal Jama'ah adalah faham keislaman yang dianut mayoritas muslim dunia, termasuk masyarakat Nusantara.

Dalam organisasi, mayoritas mengikuti Nahdlatul Ulama yang didirikan Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, dan para alim lainnya.

Di dalam Nahdlatul Ulama, untuk berjama'ah dalam amaliyah, fikrah, harakah, dan ukhuwah.

NU tidak hanya mengurusi gerakan (harakah), tapi juga :

  1. Amaliyah Aswaja, seperti tahlilan, istighatsah, ziarah kubur, maulid, qunut, muamalah, munakahah, dll. Yang fardhu, sudah pasti, yang sunnah juga NU lakoni. Seperti shalat gerhana, shalat tasbih, dsb.
  2. Fikrah Aswaja, seperti pesantren, madrasah, pengajian, majlis ta'lim, dakwah media dan mimbar, kajian ilmiyah bahtsul matsail, dll. Termasuk dalam fikrah, adalah akidah aswaja.
  3. Ukhuwah Aswaja, yaitu insaniyah, wathaniyah, dan Islamiyah. NU mengurusi perdamaian masyarakat lokal dan dunia.
Muqabalah (pembanding) karakteristik ini dalam beberapa ormas lain. Walaupun ada beberapa ormas yang hanya menonjol dalam urusan harakah, atau politik.

Di NU, menemukan :
Amaliyah : 25%
Fikrah       : 25%
Harakah   : 25%
Ukhuwah  : 25%

Jadi NU 100%

Ber-NU, sebagai jama'ah sekaligus jam'iyyah untuk diri dan keluarga.

Berjamaah, karena Nabi Muhammad Shallallahu 'alaih wasallam mewajibkan untuk bersama jama'ah :

ุนู„ูŠูƒู… ุจุฌู…ุงุนุฉ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู…ุงู…ู‡ู…

Kenapa berjama'ahnya di NU ?

Karena nilai-nilai NU, sejalan dengan prinsip Islam rahmatan lil alamin.

NU yang berpegang teguh pada Al-Qur'an, Hadits, Ijma, dan Qiyas.

Tidak ghuluw (berlebihan/ekstrim), tetapi memiliki karakter :
1. Tawassuthiyyah (moderat),
2. Tasamuhiyah (toleran),
3. Tawaazuniyah (keseimbangan),
4. I'tidaliyah (idealis),
5. Istiqamah (konsisten),
6. Ishlahiyyah (reformatif),
7. Tathowwuriyah (dinamis),
8. Manhajiyah (pola pikir metodologis),
9. Amar ma'ruf nahi munkar

Tanpa jama'ah, ibarat debu di semesta yang luas.

Tanpa jam'iyyah (organisasi), ibarat sepotong rumput liar yang tidak terurus.

Ber-NU, memilih jalur NU, bersanad melalui guru-guru Aswaja. Ada sandaran, ada rujukan, dan ada pertanggung jawabannya.

NU yang lahir pada 31 Januari 1926, memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal kehidupan beragama dan bernegara dalam bingkai NKRI.

Dalam Bahtsul Matsail Muktamar NU tahun 1936 di Banjarmasin, jauh sebelum Indonesia merdeka disebutkan bahwa Indonesia adalah negeri atau wilayah Islam, mengambil petunjuk negara yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah, yang berdasar kesepakatan kaum muslimin​ dan penduduk non-muslim.

Dengan Piagam Madinah, tidak mengedepankan Islam semata tetapi persatuan dan kesatuan, sebagaimana Firman Allah

ูˆَู…َุง ุฃَุฑْุณَู„ْู†َุงูƒَ ุฅِู„َّุง ุฑَุญْู…َุฉً ู„ِู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ

Tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam [Al-Anbiyรข’/21:107].

Semoga kita diakui murid KH. Hasyim Asy'ari, bersambung sanad juga kepada KH. Kholil Bangkalan, Syekh Nawawi Al-Bantani, para Imam Ahlussunnah wal Jama'ah, dan dikumpulkan bersama para ulama salafus shaleh yang mumpuni dalam duniawi dan ukhrawi.

Aamiin ya robbal alamiin..

ุงู„ุญู‚ ุจู„ุง ู†ุธุงู… ูŠุบู„ุจู‡ ุงู„ุจุงุทู„ ุจุงู„ู†ุธุงู…

Kebenaran tanpa struktur, akan dikalahkan oleh kebathilan yang terstruktur.

Ada Empat ciri utama prinsip NU. Bila empat ciri khas ini tidak ada dalam seorang warga NU, maka sesungguhnya ia telah menyimpang dari jalannya.

Pertama, at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, tidak ekstrim kiri dan tidak ekstrim kanan. Meminjam istilahnya KH Makruf Amin: "Laysa Liberaliyan wa Lรข Konservatiyan".

Kedua, at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrmasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.

Ketiga, al-i'tidal atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุงْ ูƒُูˆู†ُูˆุงْ ู‚َูˆَّุงู…ِูŠู†َ ู„ِู„ّู‡ِ ุดُู‡َุฏَุงุก ุจِุงู„ْู‚ِุณْุทِ ูˆَู„ุงَ ูŠَุฌْุฑِู…َู†َّูƒُู…ْ ุดَู†َุขู†ُ ู‚َูˆْู…ٍ ุนَู„َู‰ ุฃَู„ุงَّ ุชَุนْุฏِู„ُูˆุงْ ุงุนْุฏِู„ُูˆุงْ ู‡ُูˆَ ุฃَู‚ْุฑَุจُ ู„ِู„ุชَّู‚ْูˆَู‰ ูˆَุงุชَّู‚ُูˆุงْ ุงู„ู„ّู‡َ ุฅِู†َّ ุงู„ู„ّู‡َ ุฎَุจِูŠุฑٌ ุจِู…َุง ุชَุนْู…َู„ُูˆู†َ

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah)

Keempat; tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda.

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44)

1. Akidah.
  • Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli.
  • Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.
  • Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir.

2. Syari'ah
  • Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
  • Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang jelas (sharih/qotht'i).
  • Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).

3. Tashawwuf/ Akhlak
  • Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
  • Mencegah sikap berlebihan (ghuluw) dalam menilai sesuatu.
  • Berpedoman kepada akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu' (antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).

4. Pergaulan antar golongan
  • Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.
  • Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
  • Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
  • Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.

5. Kehidupan bernegara
  • NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa. 
  • Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
  • Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.
  • Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.

6. Kebudayaan
  • Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.
  • Kebudayaan yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
  • Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah).

7. Dakwah
  • Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
  • Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
  • Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dg kondisi dan keadaan sasaran dakwah.

Semoga bermanfaat,
Berbagi untuk meng-NU-kan kultur, dan mengkulturkan NU.

#SatuAbadNU

Banom, Lembaga, Badan Khusus NU


Badan Otonom, Lembaga dan Badan Khusus Nahdlatul Ulama. Lembaga NU sudah lengkap. Maka sudah sewajarnya warga NU tidak masuk/bergabung ke lembaga ormas lain selain lembaga Banom NU

Jatman
(Jam’iyah Ahli Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah), banom NU yang mengurusi tarikat-tarikat yang mu’tabar.
Rais Aam: Habib M Lufti bin Ali bin Yahya
Mudir Aam: KH Wahfiyuddin Sakam, SE, MBA

JQH NU
(Jam’iyatul Qurra’ wal Huffadz), banom NU yang mengurusi para qori’ dan hafidz.
Rais Majelis Ilmi : KH Ahsin Sakho Muhammad
Ketum: KH Saifullah Ma’shum

Muslimat NU
banom NU yang mengurusi ibu-ibu.
Ketum: Dra Hj Khofifah Indar Parawansa, M.Si

Fatayat NU
Banom NU yang mengurusi para pemudi.
Ketum: Anggia Ermarini, MKM

GP Ansor NU.
Banom NU yang mengurusi para pemuda.
Ketum: KH Yaqut Cholil Qoumas

Rijalul Ansor
Badan semi otonom GP Ansor yang mengurusi majlis dzikir dan shalawat serta penjaga ajaran, amaliah dan tradisi NU.
Ketum: KH Sholahul Am Notobuwono

Banser NU
(Barisan Ansor Serbaguna), badan semi otonom GP Ansor yang berperan sebagai “angkatan perang” NU.
Satkornas: KH Drs Alfa Isnaini, M.Si

Satuan Khusus Banser :
  • Densus 99 Asmaul Husna (pengawal Aswaja NU)
  • Bagana (Banser Tanggap Bencana)
  • Balakar (Banser Relawan Kebakaran)
  • Balantas (Banser Relawan Lalulintas)
  • Basada (Banser Husada/Kesehatan)
  • Baritim (Banser Maritim)
  • Bakoler (Banser Protokoler)

PAGARNUSA
(Persatuan dan Pergerakan Silat dan Kanuragan NU dan Bangsa), banom NU yang mengurusi beladiri, ilmu hikmah dan kanuragan.
Ketum: Muchamad Nabil Haroen, M.Hum

ISNU
(Ikatan Sarjana NU), banom NU yang mengurusi para sarjana, magister, doktor, profesor, akademisi, cendekiawan, profesional.
Ketum: Dr Ali Maskur Musa, MSi, M.Hum

PDNU
(Perhimpunan Dokter NU), banom NU (usulan) yang mengurusi profesional dokter.
Ketum : dr Muhammad S Niam,F INACS, MKes, SpB-KBD

ASDANU
(Asosiasi Dosen Aswaja Nusantara), banom NU (usulan) yang mengurusi profesional dosen.
Ketum: Prof Dr KH Wafiyul Ahdi

PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), banom NU yang mengurusi segmen mahasiswa.
Ketum: Agus M Herlambang, MSi

Organisasi mahasiswa NU lainnya :

  • GMNU (Gerakan Mahasiswa NU) 
  • KMNU (Keluarga Mahasiswa NU) 
  • IMANU (Ikatan Mahasiswa NU)
  • PKPT IPNU (Pengurus Komisariat Perguruan Tinggi IPNU)
  • MATAN (Mahasiswa Ahli Thariqat An-Nahdliyah)
  • GEMASABA (Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa)
  • Dll

KOPRI
(Korp PMII Putri), banom semi otonom PMII yang mengurusi mahasiswi.
Ketum: Septi Rahmawati, MSi

IPNU
(Ikatan Pelajar NU), banom NU yang mengurusi para pelajar putra.
Ketum: Aswandi

IPPNU
(Ikatan Pelajar Putri NU), banom NU yang mengurusi segmen pelajar putri.
Ketum: Nurul Hidayatul Ummah

PERGUNU
(Persatuan Guru NU), banom NU yang mengurusi para guru.
Ketum: Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA

ISHARI NU
(Ikatan Seni Hadrah Indonesia NU), banom NU yang mengurusi seni hadrah dan sejenisnya.
Ketum: Ir H Yusuf Arif

SARBUMUSI
(Serikat Buruh Muslimin Indonesia), banom NU yang mengurusi para buruh dan pekerja lainnya.
Ketum: Drs HM Saiful Bahri Anshori, MP

RMI NU
(Rabithah Ma’ahidil Islamiyah NU), banom NU yang mengurusi ma’had/pindok pesantren.
Ketum: KH Abdul Ghaffar Razi

LESBUMI
(Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia), lembaga NU yang mengurusi perihal seni dan budaya.
Ketum: Dr KH Agus Sunyoto

LDNU
(Lembaga Dakwah NU), lembaga NU yang mengurusi dakwah.
Ketum : KH Agus Salim

LP Ma’arif NU
(Lembaga Pendidikan Ma’arif NU), lembaga NU yang mengurusi pendidikan dan pengajaran formal, atau sekolah SD sampai SLTA atau sederajat.
Ketum: Drs KH Z Arifin Junaidi, MM

LPTNU
(Lembaga Perguruan Tinggi NU), lembaga NU yang mengurusi perguruan tinggi.
Ketum: Prof H Muhammad Natsir, Ak, Ph.D

LPNU
(Lembaga Perekonomian NU), lembaga NU yang mengurusi ekonomi.
Ketua: Dr H Abidin

LPPNU
(Lembaga Pengembangan Pertanian NU), lembaga NU yang mengurusi pertanian.
Ketua: Dr H Marwan Ja’far

LBMNU
(Lembaga Bahtsul Masail NU), lembaga NU yang mengurusi hukum dan pembahasan permasalahan kehidupan.
Ketua: KH Najib Hasan

LKNU
(Lembaga Kesehatan NU), lembaga NU yang mengurusi kesehatan.
Ketum: Drs H Hisyam Said Budairi, MSc

ARSINU
(Asosiasi Rumah Sakit NU)
Ketum : Dr dr H Zulfikar As'ad MMR

APTIKESNU
(Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan NU)
Ketum : dr HRM Hardadi Airlangga SpPD

LKKNU
(Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU), lembaga NU yang mengurusi keluarga, rumah tangga.
Ketua: Dra Hj Ida Fauziyah

LAKPESDAM NU
(Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM NU), lembaga NU yang mengurusi sumberdaya manusia.
Ketum: Dr H Rumadi Ahmad

LPBHNU
(Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU), lembaga NU yang mengurusi bidang hukum.
Ketua: H Royandi, SH, MH

LAZISNU
(Lembaga Zakat Infaq Sadeqah NU), lembaga NU yang mengurusi zakat, infaq dan sadekah.
Ketum: H Amad Sudrajat, Lc, MA

LWPNU
(Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU), lembaga NU yang mengurusi terkait wajaf dan pertanahan.
Ketua: Dr H. Mardani

LPBINU
(Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU), lembaga NU yang menangani penanggulangan bencana dan perubahan iklim.
Ketua: Dr H.M. Ali Yusuf

LTMNU
(Lembaga Takmir Masjid NU), lembaga NU yang mengurusi takmir dan masjid.
Ketum: KH Mansyur Saerozi

LFNU
(Lembaga Falakiyah NU), lembaga NU yang mengurusi falak/astronomi.
Ketua: KH Ghozali Masrurie

LTNNU
(Lembaga Ta’lif wan Nasyr), lembaga Infokom dan Publikasi NU, yang mengurusi bidang penulisan, penerbitan, penerjemahan, kepustakaan, riset, media dan publikasi.
Ketum: Dr H Hari Usmayadi

HPN
(Himpunan Pengusaha NU), banom NU yang mengurusi para profesional pengusaha.
Ketum: Dr Abdul Khalik

HIPSI
(Himpunan Pengusaha Santri Indonesia), badan semi otonomdibawah RMINU yang mengurusi pengusaha santri.
Ketum: Dr Muchamad Ghozali

Aswaja NU Center
(Ahlussunnah wal Jamaah NU Center), badan khusus NU yang bergerak di bidang benteng Aswaja dari aliran sesat. Konsen pada Aswaja, dalil-dalil amaliah, firqah Islam, kebangsaan.
Ketum: KH Ma’ruf Khozin

Densus 26 NU
(Detasemen Satuan Khusus 26 NU), badan khusus NU yang bergerak sebagai benteng NU.
Panglima Besar: KH Marzuki Mustamar MA.

SAKO Maarif NU
(Satuan Komunitas Pramuka Maarif NU), yakni satuan khusus kepramukaan siswa-siswi LP maarif NU.
Ketua : Drs H Muchsin Ibnu Juhan

--------------------------------------