Bahauddin atau Gus Baha adalah putra Kiai Nur Salim, pengasuh pesantren Al Qur’an di Kragan, Narukan, Rembang. Kiai Nur Salim adalah murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Pati.
Salah satu pernyataan Gus Baha yang patut dijadikan bahan instrospeksi adalah ketika beliau menjawab permintaan nasihat salah satu audiens agar anak-anak muda NU juga mau turun berdakwah pada acara ngaji bareng Gus Baha dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw di Masjid Bayt Al-Qur’an di Pondok Cabe Tangsel, pada hari Rabu 03 April 2019 lalu.
Gus Baha merupakan salah satu kiai produk pesantren yang sangat alim, hafal Al-Qur’an dan fasih dalam berbagai bidang ilmu keagamaan. Video pengajiannya telah banyak tersebar di berbagai jejaring sosial dan Youtube.
Gus Baha berpesan bahwa kalau berdakwah itu harus bilhikmati wal mauidhatil hasanah (dengan hikmah dan pesan yang baik). Kemudian Gus Baha bercerita tentang kisah Harun Ar Rasyid dan ustadz amatir.
Dahulu, ada seorang ustadz, ustadz amatir yang berani datang ke Harun Ar Rasyid. Seorang khalifah yang alim pada masa Dinasti Abbasiyah, temannya Imam Malik, jadi termasuk khalifah yang shalih.
Ustadz amatir itu berkata:
يا أمير المؤمنين إني ناصح لك فمشدد عليك تجدن في نفسك علي شيء
Ya amiral mukminin inni nasihun laka famusyaddidun alaika tajidanna finafsika alayya syai’un.
“Ya amiral mukminin, saya akan menasihati kamu, cuman saya agak ekstrem tolong jangan dimasukkan hati, saya akan ngomong keras, lantang.” Padahal ia berbicara kepada presiden, amirul mukminin.
Mendengar ketidaksopanan ustadz amatir itu, Harun Ar Rasyid pun berkata :
أسكت, فإن الله تعالي قد بعث من هو خير منك إلي من هو شر مني. ومع ذلك يقول الله تعالي وقولا له قولا لينا
Uskut, fainna Allaha ta’ala qad ba’atsa man huwa khairun minka ila man huwa syarrun minni wa ma’a dzalika yaquulu ta’ala wa quula lahu qaulan layyina.
“Hai ustadz kamu diam, Allah itu pernah menugaskan orang yang lebih baik ketimbang kamu yaitu Nabi Musa dan Harun kepada orang yang lebih buruk ketimbang saya, yaitu Fir’aun. itu saja ada etikanya, faquula lahu qaulan layyinan koq kamu sama saya mau keras nggak bisa,”
Ustadz amatir itu pun langsung berkata, “Ternyata kamu lebih alim.”
Dari kisah tersebut, Gus Baha berkata, “Kalau ada ustadz terlalu keras, terlalu tegas, misalnya kepada waliyyul amri (pemimpin pemerintah), kepada penguasa, maka kata Harun Ar Rasyid “Uskut ya ustadz, kamu diem wahai ustadz.”
Keterangan Gus Baha tersebut sangat memberikan instrospeksi kepada kita di mana masih banyak ustadz-ustadz yang ketika berdakwah terkesan “ugal-ugalan” tidak mau mengikuti etika dan tatakrama. Padahal, Rasulullah Saw sendiri diutus oleh Allah Swt untuk memperbaiki akhlak manusia. Lalu, bagaimana akhlak manusia akan sempurna jika para pendakwahnya saja tidak menunjukkan akhlak yag baik.
Kisah Harun Ar Rasyid dan ustadz amatir tersebut juga dimaksudkan Gus Baha agar anak-anak PSQ (Pusat Studi Al-Qur’an) binaan Prof. Quraish Shihab khususnya dan pada seluruh orang yang hafal Al-Qur’an pada umumnya agar ayat Al-Qur’an yang dihafal itu total, dalam arti menyatu pada dirinya.
“Jadi, kalau ulama dulu itu sudah menyatu dengan ayat, melihat apa saja itu langsung terbaca ayatnya. Saya mohon yang hafal Al-Qur’an harus hafalan dhahri qalbi (di luar kepala dan meresap dalam hatinya) karena itu cara spontanitas Anda.” Tegas Gus Baha.
Wallahu a’lam bishowab
https://www.facebook.com/743629902411151/posts/2433234200117371/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar