https://bangkitmedia.com/nasihat-gus-miek-kapan-pun-kita-ditawari-nikah-kita-harus-siap/
*Nasihat Gus Miek: Kapan Pun Kita Ditawari Nikah, Kita Harus Siap!*
“Awake dhewe kapan ditawari rabi, bismillah siap, siap sanggup mampu meletakkan mental di atas masail musykilat problemat (Kapan pun kita ditawari nikah, kita harus siap; siap untuk meeletakkan mental diatas berbagai macam masalah, keruwetan-keruwetan, dan aneka problema),” nasihat Gus Miek di Putat Gresik.
Menurut Gus Miek, syarat menikah yang paling utama adalah kesiapan mental dan menata niat, nawaitu bismillah. Menikah tidaklah tergantung akan kemampuan finansial misalnya, atau umur dan syarat-syarat lain yang menyebabkan seseorang menjadi terbebani untuk melangkah menuju pelaminan. Dengan mental yang kuat, insya Allah, orang yang memasuki jenjang pernikahan akan mampu mengatasi masalah yang menghadang. Alangkah banyak orang yang secara inderawi kemampuan untuk menikah, namun kenyataannya mereka tidak berani melangkah ke jenjang pernikahan.
Orang yang memiliki kesiapan mental akan lebih berhasil membawa biduk rumah tangganya untuk menggapai ridho Allah. Dan tidaklah mental itu dapat diperoleh kecuali karena adanya “hubungan khusus” dengan Sang Pencipta, yakni tawakal. Sebab, tawakal adalah senjata yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang yang mengerti akan dirinya, mengerti akan kehambaannya, mengerti akan kelemahannya.
Saya teringat peryataan Gus Dur dalam sebuah majalah yang saya lupa namanya, yang terbit tahun 1980-1990. Gus Dur mengatakan, “Masalah itu ada dua macam. Pertama, masalah yang bisa dipecahkan; dan kedua, masalah yang akan selesai dengan sendirinya.” Selesai sendirinya; waktulah yang akan menyelesaikannya.
Penulis juga teringat dengan peryataan seseorang filosof yang mengatakan bahwa ketika kita menghadapi problem, dimana kita harus mengambil sebuah keputusan melangkah atau tidak, apapun yang kita pilih melangkah atau tidak melangkah sebenarnya kita telah memutuskan suatu hal. Dalam arti, melangkah atau tidak, sebenarnya kita telah “malangkah” dalam sebuah keputusan.
Dalam mengambil i’tibar nasihat Gus Miek di atas, yang perlu kita perhatikan adalah pertahanan mental yang harus lebih kuat dibandingkan dengan masalah yang datang. Kalau bisa diibaratkan dengan bahasa lain, ‘tuan rumah lebih kuat dibandingkan dengan tamu’. Tuan rumah adalah pribadi atau batin kita (mental), sedangkan tamu adalah berbagai macam masalah.
Jika tuan rumah ibarat hati maka tamunya adalah ahwa’, bisikan-bisikan setan dan unsur lainnya yang bersifat negatif. Jika tuan rumah lebih kuat maka tamu yang tidak baik itu tidak akan mampu memasuki wilayah tuan rumah. Sebaliknya, jika tuan rumah lemah, tamu yang jahat akan leluasa menguasai, bahkan mengendalikan tuan rumah. Jika mental kita baik, apa pun masalah yang kita hadapi, kita akan mampu bertahan dan pada akhirnya mengatasinya; demikian pula sebaliknya.
Oleh sebab itu, Gus Miek tidak putus-putusnya menasihati, “Dalam menghadapi cobaan-cobaan yang datang, hendaklah kita mengandalkan doa yang merupakan senjata kita dan senjata orang-orang saleh yang telah lulus diuji. Sebab, harus diakui bahwa kita mempunyai keterbatasan yang mencolok, antara lain keterbatasan dana, keterbatasan berpikir, keterbatasan melakukan pembenahan dan penyelesaiannya. Di sinilah perlunya kita punya kepasrahan total kepada Allah.”
Salah satu suplemen untuk menguatkan mental kita, seperti yang sering disinggung oleh Gus Miek adalah dengan Sema’an Al-Qur’an dan Dzikrul Ghafilin.
Oleh: M. Alwi Fuadi
Catatan; Tulisan ini disarikan (hadi/bangkitmedia.com) dari buku, “Nasihat Gus Miek: Membangun Keluarga Sakinah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar