Jumat, 31 Januari 2020

Tokoh Ulama Nusantara

ULAMA PEREMPUAN NUSANTARA YANG MENGGEMPARKAN DUNIA ISLAM
SYAIKHAH KHAIRIYAH HASYIM ASY’ARI
(Pendiri Madrasah Kuttabul Banat di Haramain)

SYAIKHAH KHAIRIYAH HASYIM (1906-1969) Muslimah Indonesia yang pertama kali menggagas Madrasah Banat di Saudi Arabia agar kaum Hawa diberi ruang untuk bisa belajar sebagaimana kaum Adam. Atas jasa-jasanya, nama Syaikhah Khairiyah diabadikan menjadi universitas di Saudi Arabia, Universitas Khairiyah yang didirikan Aminah Yasin al-Fadani. Universitas ini mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Saudi. Salah satu keluarga Kerajaan Saudi Arabia yang terlibat di dalamnya adalah puteri Bin Abdul Aziz Malik Faishal yang dikenal gigih dalam memperjuangkan aspirasi kaum perempuan.

Syaikhah Khairiyah dilahirkan di Jombang pada 1906 M. Ia adalah anak ke-2 dari 10 bersaudara dari pasangan Kiai Hasyim dan Ibu Nyai Nafiqah. Saudara-saudaranya yaitu Hannah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid (KH. Wahid Hasyim), Abdul Hafidz (KH. Abdul Choliq Hasyim), Abdul Karim (Akarhanaf atau KH. Abdul Karim Hasyim), Ubaidillah, Masrurah, dan Muhammad Yusuf (KH. Yusuf Hasyim).

Sebagai putri seorang kiai, kencah keilmuan Syaikhah Khairiyah tidak bisa dipisahkan dari tradisi pesantren salaf yang kental dengan kitab kuning. Dalam mendidik Syaikhah Khairiyah, Kiai Hasyim menerapkan sistem berbeda dibanding dengan anaknya yang laki-laki. Jika laki-laki, Kiai Hasyim memperbolehkan mereka untuk belajar di luar Pesantren Tebuireng seperti Kiai Wahid Hasyim yang pernah belajar di Pesantren Siwalan Panji dan Pesantren Lirboyo, dan Kiai Yusuf Hasyim pernah belajar di Pesantren Sedayu Gresik dan Pesantren Krapyak Yogyakarta. Sedangkan bagi perempuan tidaklah demikian. Meskipun secara sekilas, terlihat adanya sebuah diskriminasi dalam mendidik putra-putrinya, namun pada hakikatnya tidaklah demikian. Kiai Hasyim mendidik Syaikhah Khairiyah secara individual, baik melalui sistem sorogan maupun bandongan. Untuk sistem bandongan yang nobatenya dikhususkan bagi laki-laki, Syaikhah Khairiyah tidak terlibat langsung. Ia belajar dengan cara menguping atas ilmu-ilmu yang disampaikan ayahnya kepada ribuan santri. Ketidak terlibatan Syaikhah Khairiyah secara langsung atas pengajian bandongan itu disebabkan tidak adanya pesantren yang dikhususkan untuk kaum Hawa.

Meskipun langkah Syaikhah Khairiyah tidak seluas seperti saudaranya yang laki-laki, akan tetapi, dengan penuh ketekunan, ia belajar kepada ayahnya tentang dasar-dasar agama Islam, seperti membaca al-Qur’an dan mengkaji kitab turast semisal kitab al-Jurûmiyah, al-Imrithi, Maqshûd, al-Fiyah, Fathal Qarîb, Fathal Mu’în, dan Fathal Wahhâb, maka jadilah dirinya sosok perempuan yang alimah.

Ketika dalam masa-masa semangat belajar mengkaji ilmu agama, terbesitlah dalam diri sang ayah untuk menjodohkan Syaikhah Khairiyah dengan salah satu santri seniornya yang dikenal alim dalam berbagai disiplin ilmu agama, yaitu Kiai Ma’shum Ali yang mempunyai banyak karya seperti kitab Amstilâtu al-Tashrifiyyah, Badi’u al-Mistal fi Hisâbi al-Sinîn wa al-Hilal, Fathu al-Qâdir fi ‘Ajâibi al-Maqâdir, dan Durûsu al-Falâkiyyah. Pernikahan tersebut berlangsung pada tahun 1919. Waktu itu usia Syaikhah Khairiyah baru 13 tahun.

Saat membina rumah tangga dengan Kiai Ma’shum Ali, Syaikhah Khairiyah dikarunia tujuh keturunan, yaitu Hamnah, Abdul Jabar, Ali, Jamilah, Mahmud, Karimah, dan Abidah. Semua anaknya ini meninggal dunia kecuali dua, yaitu Abidah dan Jamilah.

Dua tahun dari usia pernikahannya (1921), Kiai Hasyim memerintahkan kepada Syaikhah Khairiyah dan suaminya untuk mendirikan pesantren tersendiri. Kiai Hasyim memandang bahwa keduanya itu sudah mampu untuk mengelola pesantren dengan mandiri. Dengan penuh ketaatan, keduanya melaksanakan apa yang didawuhkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari. Kiai Hasyim memerintahkan agar pesantren tersebut dibangun di daerah yang masih minim agamanya supaya ajaran Islam bisa tersebar luas. Dibelilah tanah di daerah Seblak oleh Kiai Hasyim yang letaknya sekitar 200 meter dari Pesantren Tebuireng. Daerah Seblak ini dikenal sebagai area hitam, masyarakatnya masih jauh dari tuntunan syariat.

Saat sedang asyik-asyiknya dalam mengembangkan Pesantren Seblak bersama sang suami, Syaikhah Khairiyah mendapatkan ujian yang begitu berat. Sang suami menderita penyakit paru-paru dengan waktu yang lama dan belum kunjung sembuh. Karena sudah tidak tahan menahan rasa sakit, akhirnya ia kembali ke Rahmatullah pada tangal 24 Ramadan 1351 H / 8 Januari 1933 M dengan usia 33 tahun.

Meninggalnya Kiai Ma’shum Ali menjadi pukulan berat bagi Syaikhah Khairiyah dan Pesantren Seblak yang dirintisnya serta Pesantren Tebuireng yang ia masih aktif mengajar di dalamnya. Semua ini terjadi, sebab Kiai Ma’shum Ali merupakan Kiai Jombang yang menjadi referensi setelah Kiai Hasyim Asy’ari. Ialah sosok kiai yang menggagas adanya Madrasah Salafiyah Syafi’iyah di Pesantren Tebuireng.

Melihat kondisi Syaikhah Khairiyah yang menjanda dalam usia yang relatif muda, yaitu sekitar usia 27 tahun (sebagian pendapat kurang dari usia tersebut), maka Kiai Hasyim merasa sangat prihatin dan ingin segera mencarikan jodoh lagi jika masa iddahnya sudah habis. Ia ingin mencarikan jodoh yang alim sebagaimana Kiai Ma’shum Ali agar bisa diajak untuk mengembangkan Pesantren Seblak yang kehilangan figur utamanya.

Kabar duka yang menerkam Syaikhah Khairiyah sebagai putri seorang ulama terkemuka di Pulau Jawa cepat mernyebar hingga ke berbagai pelosok, bahkan kabar tersebut terdengar hingga ke Haramain melalui buah bibir dari jamaah haji yang berasal dari Nusantara. Di antara penduduk Nusantara yang bermukim di Makkah yang mendengar kabar duka tersebut adalah Kiai Abdul Muhaimin al-Lasemi, seorang ulama dari Lasem, Jawa Tengah yang mukim di Makkah dan menjadi pengajar di sana. Ia masih mempunyai hubungan kerabat dengan Kiai Hasyim Asy’ari, sebab ia merupakan menantu dari Kiai Hasbullah Tambak Beras yang tidak lain adalah paman Kiai Hasyim Asy’ari. Saat mendengar kabar itu, Kiai Muhaimin statusnya adalah duda sebab istrinya telah meninggal di Nusantara. Semenjak kemangkatan istrinya, Kiai Muhaimin memantapkan diri untuk menghabiskan sisa umurnya di Haramain. Karena kedalaman ilmunya, ia diangkat untuk menjadi Mudir ‘Am di Dar al-Ulum yang pelajarnya berdatangan dari berbabagai negara, khususnya Asia Tenggara. Selain sebagai Mudir ‘Am Dar al-Ulum di Haramain, ia juga sebagai ketua majlis Raudlatul Munâdzirin, sebuah ajang diskusi (bahstul masâil) yang membahas masalah kajian Fiqih yang pesertanya dari kalangan ulama dan pelajar Melayu yang berada di Haramain.

Setelah masa iddah Syaikhah Khairiyah usai, terbesitlah dalam diri Kiai Muhaimin untuk meminangnya. Ia sangat berharap pinangan tersebut diterima sebab Syaikhah Khairiyah merupakan sosok perempuan yang baik agama dan nasabnya. Karena jaraknya yang jauh, antara Haramain dan Pulau Jawa, Kiai Muhaimin meminta kepada suami adik iparnya, Kiai Bisri Syansuri agar menyampaikan lamarannya kepada Kiai Hasyim Asy’ari. Mendengar kabar pinangan tersebut, Kiai Hasyim merasa sangat bahagia. Cita-cita Kiai Hasyim untuk mempunyai menantu yang alim telah dikabulkan Allah lagi. Saking bahagianya Kiai Hasyim akan mendapatkan menantu yang alim, dengan antusiasnya ia bersedia memenuhi apa yang diinginkan oleh Kiai Muhaimin. Salah satu keinginan Kiai Muhaimin adalah, ia meminta kepada Kiai Hasyim agar memberikan izin mengenai niatnya untuk membawa Syaikhah Khairiyah ke Makkah guna menemani dakwahnya di sana.

Karena banyaknya wadifah (tugas) keilmuan yang diemban oleh Kiai Muhaimin, maka untuk masalah ijab qabul pernikahannya, ia serahkan kepada keluarganya yang ada di Lasem, yaitu Kiai Baidlowi ibn Abdul Aziz (kakak kandung Kiai Muhaimin). Acara ijab qabul pernikahan tersebut diselenggarakan di kediaman Kiai Baidlowi pada tahun 1938 M. Setelah resmi menjadi istri Kiai Muhaimin, Syaikhah Khairiyah diantar ke Makkah oleh saudaranya, Kiai Akarhanaf guna diserahkan kepada Kiai Muhaimin selaku sebagai suami yang sah atas diri Syaikhah Khairiyah.

Dengan menjadi istri Kiai Muhaimin, maka kualitas keilmuan Syaikhah Khairiyah semakin terasah sebab adanya jaringan global yang berpusat di Haramain. Kiai Muhaimin tidak hanya mengajar pelajar dari Nusantara, melainkan dari berbagai manca negara. Oleh sebab itu, mau tidak mau, Syaikhah Khairiyah akan terbawa arus dengan lingkungan suaminya tersebut yang penuh dengan kajian keilmuan.

Mahligai rumah tangga Syaikhah Khairiyah bersama dengan Kiai Muhaimin membuahkan tiga keturunan, akan tetapi semuanya meninggal dunia. Meskipun tidak mempunyai keturunan, keduanya senantiasa gigih dalam memperjuangkan agama Allah hingga akhir hayatnya. Kiai Muhaimin wafat pada 1946 M. Setelah suaminya meninggal dunia, Syaikhah Khairiyah masih mengabdi di haramain sebagai mudirah di Madrasah Kuttabul Banat hingga akhirnya ia diminta Presiden Soekarno agar berkenan kembali ke Indonesia sebab bangsanya masih sangat membutuhkan sumbangsih keilmuannya. Dengan penuh pertimbangan akhirnya Syaikhah Khairiyah berkenan kembali ke Indonesia pada 1957. Sejak tahun itulah ia mengabdikan diri lagi mengasuh Pesantren Seblak hingga akhir hayatnya.

Saat kembali ke Indonesia, Syaikhah Khairiyah aktif di berbagai organisasi seperti menjadi ketua Fatayat NU (1958-1962), anggota Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (1960-an), mengajar di Pesantren Tebuireng, Seblak, dan mengisi berbagai kegiatan majelis ta’lim, khususnya bagi kaum Hawa. Ia sangat mencita-citakan adanya emansipasi pendidikan bagi perempuan secara stuktural meskipun hal semacam itu masih kedengaran asing di telinga para kiai.

Untuk wilayah Jombang, gerakan emansipasi wanita dalam bidang pendidikan Islam dimulai pada zaman 1919 oleh Kiai Bisri Syansuri. Ia bersama dengan Nyai Nur Khadijah mendirikan Pesantren Banat. Karena usaha tersebut tidak ditegur oleh Kiai Hasyim selaku guru yang sangat dihormatinya, maka dengan penuh kemantapan ia melanjutkan usahanya itu. Diamnya Kiai Hasyim yang melihat berdirinya Pesantren Putri yang dirintisnya, dianggap sebagai kebolehan atas hukum mendirikan lembaga pendidikan bagi perempuan. Seandainya Kiai Bisyri Syansuri tidak membuat terobosan yang seperti itu, maka dikawatirkan emansipasi pendidikan wanita akan dikuasai oleh Belanda. Banyak perempuan bumiputera yang belajar di sekolahan yang didirikan oleh Belanda atau yang ada kaitan dengannya. Jika perempuan Muslimah tidak mempunyai wadah tersendiri, maka keilmuan mereka akan tertinggal atau teracuni dengan misi Belanda yang selain ingin mengeruk harta pusaka tanah air, mereka juga ingin menyebarkan Agama Kristen. Oleh sebab itu, langkah Kiai Bisri Syansuri ini sangat tepat sekali, terlebih Jombang di waktu itu sudah ada gerakan emansipasi wanita yang dikembangkan oleh Nyonya M.C.E. Ovink Soer, istri Residen Belanda yang bertugas di Jombang yang akrab dengan Kartini.

Ketika Kiai Bisri Syansuri mendirikan Pesantren Banat, Syaikhah Khairiyah baru membina rumah tangga dengan Kiai Ma’shum Ali. Ia sangat menyetujui gagasan tersebut. Oleh sebab itu, Kiai Hasyim meminta Pesantren Seblak untuk membuka wadah pendidikan bagi Kaum Hawa yang kemudian pesantren tersebut berkembang pesat di zaman kepengasuhan Syaikhah Khairiyah usai kembali dari Haramain. Karena prestasi Syaikhah Khairiyah ini, maka Pesantren Seblak dikenal sebagai pesantren putri.

Karena pentingnya pendidikan bagi wanita, maka Syaikhah Khairiyah mendidik kedua putrinya, Abidah dan Jamilah dengan sebaik-baiknya pendidikan. Dari usaha gigih Syaikhah Khairiyah dalam pendidikan tersebut, maka tidak mengherankan jika salah satu putrinya, Abidah dikenal dengan sebutan “Kartini dari Jombang”. Prestasi Abidah dalam masalah pendidikan adalah berdirinya pesantren putri yang dirintisnya bersama suaminya, Kiai Mahfudz Anwar saat Syaikhah Khairiyah masih di Makkah.

Karena pentingnya pendidikan bagi kaum Hawa, maka saat Kiai Muhaimin menjadi Mudir Am di Dar al-Ulum Makkah, ia mengusulkan agar didirikan Madrasah Banat (Kuttabul Banat) sebagai pelengkap dari Dar al-Ulum yang pesertanya hanya terdiri dari Kaum Adam. Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya berdirilah Kuttabul Banat di Saudi Arabia pada tahun 1942. Dari Madarasah Banat yang dirintis oleh Syaikhah Khairiyah, maka lahirlah pesantren atau lembaga pendidikan putri di Saudi Arabia seperti yang dilakukan oleh Syaikh Husein al-Palimbani dan Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani bersama dengan istrinya.

Selasa, 28 Januari 2020

ISLAM NUSANTARA SEMAKIN MENDUNIA, ALHAMDULILLAH...



Yuk baca:

1. Dulu Dicaci Maki, kini Seluruh Dunia ingin Terapkan "Islam  Nusantara"

http://www.muslimoderat.net/2017/11/dulu-dicaci-maki-kini-seluruh-dunia.html

2. Tertarik dengan Islam  Nusantara, Maroko dan Mesir Undang Ceramah KH Said Aqil Siradj

http://www.muslimoderat.net/2017/11/tertarik-dengan-islam-nusantara-maroko.html

3. Indonesia Terus Kampanyekan Islam Damai Hingga ke Rusia

http://www.muslimoderat.net/2018/03/indonesia-terus-kampanyekan-islam-damai.html

4. Ulama Besar Uni Emirat Arab: Muslim Indonesia Contoh Baik Bagi Dunia Islam

http://www.muslimoderat.net/2018/03/ulama-besar-uni-emirat-arab-muslim.html

5. Imam Besar Istiqlal: Saat ini Pusat Kepemimpinan Islam Ada di Indonesia, Bukan Negara Arab

http://www.muslimoderat.net/2018/03/imam-besar-istiqlal-saat-ini-pusat.html

6. Ulama Suriah: Indonesia  Contoh Terbaik Bagaimana Islam  Diterima, Tanpa ada Kekerasan

http://www.muslimoderat.net/2018/03/ulama-suriah-indonesia-contoh-terbaik.html

7. Parlemen Iran: Indonesia Panutan Bagi Negara-negara Islam Sedunia

http://www.muslimoderat.net/2018/03/parlemen-iran-indonesia-panutan-bagi.html

8. Presiden Jokowi Berharap Kemaslahatan Islam Nusantara untuk Indonesia dan Dunia

http://www.muslimoderat.net/2017/11/presiden-jokowi-berharap-kemaslahatan.html

9. Pengunjung Kagum Melihat NU dari Masa ke Masa

http://www.nu.or.id/post/read/61390/pengunjung-kagum-melihat-nu-dari-masa-ke-masa

10. Jokowi: Indonesia Akan  Selesaikan Konflik di Afganistan

http://www.muslimoderat.net/2017/11/jokowi-indonesia-akan-selesaikan.html

11. Pria Belanda Ini Jadi Mualaf Usai Ikuti Perjalanan Islam  Nusantara Oleh NU di Eropa

http://www.muslimoderat.net/2018/04/pria-belanda-ini-jadi-mualaf-usai-ikuti.html

12. Islam Nusantara Diseminarkan di Monash University Australia

http://www.muslimoderat.net/2016/04/islam-nusantara-diseminarkan-di-monash.html

13. Tiongkok Mengaku Salut dengan Islam Moderat di Indonesia

http://www.muslimoderat.net/2016/04/tiongkok-mengaku-salut-dengan-islam.html

14. Meneguhkan Islam Nusantara  Untuk Peradaban Indonesia  dan Dunia

http://www.nu.or.id/post/read/60241/meneguhkan-islam-nusantara-untuk-peradaban-indonesia-dan-dunia

15. Islam Nusantara, Dari NU untuk Dunia

http://www.nu.or.id/post/read/60706/islam-nusantara-dari-nu-untuk-dunia

16. Kagum Terhadap Islam Nusantara, 160 Masjid di Belgia Ingin Datangkan Imam dari NU

http://www.islamnusantara.com/kagum-terhadap-islam-nusantara-160-masjid-di-belgia-ingin-datangkan-imam-dari-nu/

17. Grand Syaikh Al-Azhar Kagumi Indonesia dan Islam Nusantara

https://ala-nu.com/grand-syaikh-al-azhar-kagumi-indonesia-dan-islam-nusantara/

18. Ulama Maroko dan Ukraina Kagum NU Punya Islam Nusantara

https://www.islampers.com/2018/07/ulama-maroko-dan-ukraina-kagum-nu-punya-islam-nusantara.html

19. Alhamdulillah NU di  Afganistan Terus  Berkembang dan Berdiri di 22 Provinsi

https://www.islampers.com/2018/07/alhamdulillah-nu-di-afganistan-terus-berkembang-di-22-provinsi.html

20. Afghanistan Damai, Setelah  Mengenal Islam Nusantara  lewat PBNU

https://www.islampers.com/2018/07/afghanistan-damai-setelah-mengenal-islam-nusantara.html

21. Ketika Sutradara Eropa Takjub dengan Islam Nusantara

https://www.nu.or.id/post/read/93807/ketika-sutradara-eropa-takjub-dengan-islam-nusantara

22. Ulama Maroko Yakini NU Model dan Teladan Ulama Dunia

http://www.nu.or.id/post/read/93181/ulama-maroko-yakini-nu-model-dan-teladan-ulama-dunia

23. Habib Abu Bakar al-Adni, Ulama Yaman Yang Mengagumi Islam Nusantara

http://www.santrionline.net/2018/05/habib-abu-bakar-al-adni-ulama-yaman-yang-mengagumi-islam-nusantara.html

24. Penjelasan Islam Nusantara Yang Luar Biasa Menurut Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun Yaman

http://www.muslimoderat.net/2015/08/penjelasan-islam-nusantara-yang-luar.html#ixzz5J7aqzBJ8

25. Syeikh Ali Jaber :  Indonesia Negara Paling Toleran di Dunia

https://news.baldatuna.com/syeikh-ali-jaber-indonesia-negara-paling-toleran-di-dunia/

26. Sowan PBNU, Menlu India Belajar Islam Nusantara untuk Atasi Konflik

https://news.baldatuna.com/sowan-pbnu-menlu-india-belajar-islam-nusantara-untuk-atasi-konflik/

27. Habib Luthfi, Kiai Said dan Jokowi Masuk 50 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia

http://www.muslimoderat.net/2018/04/habib-luthfi-kiai-said-dan-jokowi-masuk.html

28. Dunia Internasional Melirik Islam Nusantara

https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/12/28/p1nunc313-dunia-internasional-melirik-islam-nusantara

29. Prinsip-prinsip NU Kini Digunakan Arab Saudi

http://www.nu.or.id/post/read/80843/-prinsip-prinsip-nu-kini-digunakan-arab-saudi-

30. Pemerintah Arab Saudi Gandeng NU Kembangkan Islam Moderat

http://www.nu.or.id/post/read/83273/pemerintah-arab-saudi-gandeng-nu-kembangkan-islam-moderat

31. Alhamdulillah! Setelah Arab Saudi, Kini Giliran Rusia Ingin Belajar Islam Nusantara

http://www.muslimoderat.net/2017/11/alhamdulillah-setelah-arab-saudi-kini.html

32. Kunjungi PBNU, Ulama Lebanon: Silakan Bentuk NU di Saida

http://www.nu.or.id/post/read/75611/kunjungi-pbnu-ulama-lebanon-silakan-bentuk-nu-di-saida

33. Silaturahim NU Sedunia di Makkah Kukuhkan Semangat Islam Nusantara

https://news.baldatuna.com/silaturahim-nu-sedunia-di-makkah-kukuhkan-semangat-islam-nusantara/

34. Kagum dengan Nahdlatul Ulama, Pengusaha Aljazair  Temui Kiai Said

Sabtu, 11 Januari 2020

Tugas dan Fungsi Pengurus

Grha MWC NU Rungkut
Raya Kedung Asem 102, Rungkut, Surabaya

Berdasarkan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama

BAB IX
SUSUNAN PENGURUS MAJELIS WAKIL CABANG

Pasal 30
  1. Mustasyar Pengurus Majelis Wakil Cabang terdiri dari beberapa orang sesuai dengan kebutuhan.
  2. Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib.
  3. Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A'wan.

Pasal 31
Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara.

Pasal 32
Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Harian Tanfidziyah dan Ketua Badan Otonom tingkat Majelis Wakil Cabang.

Mustasyar adalah penasihat bagi pengurus Nahdlatul Ulama.

Mustasyar mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan rapat internal yang dipandang perlu.

Mustasyar bertugas memberikan nasihat baik diminta atau tidak secara perseorangan maupun kolektif kepada pengurus menurut tingkatannya.

Syuriyah adalah pengarah, pembina dan pengawas pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi Nahdlatul Ulama.

Kewenangan Rais adalah :
  1. Menentukan kebijakan umum organisasi. 
  2. Menjaga, memelihara, mengembangkan paham Islam Ahlu Sunnah waljama'ah
  3. Menjaga ideologi negara Pancasila dan mempertahankan NKRI
Tugas Rais adalah :
  1. Mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar dan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. 
  2. Mengukuhkan NU sebagai penjaga, pemelihara dan pengembang paham Islam Ahlu Sunnah wal Jama'ah
  3. Mendayagunakan NU sebagai pilar penyangga ideologi negara Pancasila dan NKRI.
  4. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi tugas-tugas di jajaran Syuriyah.
  5. Bersama Ketua Umum memimpin pelaksanaan Rapat Pleno, Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
  6. Memimpin Rapat Harian Syuriyah dan Rapat Pengurus Lengkap Syuriyah.
Kewenangan Katib :
  1. Merumuskan dan mengatur pengelolaan kekatiban Syuriyah.
  2. Bersama Rais, Ketua, dan Sekretaris menandatangani keputusan keputusan Pengurus yang bukan domain dari Tanfidziyah.
Tugas Katib adalah :
  1. Membantu Rais dan dan jajaran syuriah dalam menjalankan wewenang dan tugasnya.
  2. Menyiapkan bahan-bahan materi dan forum terkait pengembangan paham Islam Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
  3. Menyiapkan bahan-bahan dan informasi serta forum untuk menjaga ideologi negara Pancasila dan mempertahankan NKRI.
  4. Merumuskan dan mengatur manajemen administrasi Syuriyah.
  5. Mengatur dan mengkoordinasi pembagian tugas diantara para Katib yang dituangkan dalam ketetapan.
  6. Menyusun prosedur administrasi Syuriyah dituangkan dalam ketetapan.
  7. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan, rapat-rapat pengurus Syuriyah.
  8. Menyiapkan kerjasama-kerjasama keulamaan
  9. Melakukan koordinasi dengan Pengurus Tanfidziyah.

Kewenangan A'wan adalah memberi masukan kepada Syuriyah.

Tugas A'wan adalah membantu pelaksanaan tugas-tugas Syuriyah.

Tanfidziyah adalah pelaksana keputusan-keputusan organisasi Nahdlatul Ulama.

Wewenang Ketua adalah sebagai berikut :
  1. Mewakili Pengurus Nahdlatul Ulama baik keluar maupun ke dalam yang menyangkut pelaksanaan kebijakan organisasi.
  2. Menjalankan, mengembangkan dan melakukan konsolidasi organisasi.
  3. Menggerakkan NU sebagai penjaga, pemelihara dan pengembang paham Islam Ahlussunnah wal Jama'ah.
  4. Mendayagunakan NU sebagai pilar penyangga ideologi negara Pancasila dan NKRI.
  5. Merumuskan kebijakan internal organisasi berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program.
  6. Bersama Rais mewakili Pengurus Nahdlatul Ulama dalam hal melakukan tindakan penerimaan, pengalihan, tukar-menukar, penjaminan, penyerahan wewenang, penguasaan atau pengelolaan dan penyertaan usaha atas harta benda bergerak atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai Nahdlatul Ulama dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan oleh Muktamar baik di dalam maupun di luar pengadilan.
  7. Bersama Rais menandatangi keputusan-keputusan strategis organisasi Pengurus Nahdlatul Ulama.
  8. Bersama Rais membatalkan keputusan perangkat organisasi yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.
  9. Bersama Rais, Katib, dan Sekretaris menandatangani keputusan-keputusan Pengurus yang bukan domain dari Syuriyah.
  10. Mendelegasikan sebagian wewenang kepada Wakil Ketua.
  11. Membuat pernyataan informasi yang menjadi sikap Pengurus Nahdlatul Ulama mengenai isu publik yang strategis.
  12. Mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi efektivitas dan kemajuan kepengurusan Lembaga, Lajnah dan Banom serta tim-tim kerja yang dibentuk sesuai kebutuhan.
  13. Mengambil langkah dan tindakan korektif guna mengefektifkan kepengurusan Lembaga dan Lajnah

Tugas Ketua adalah sebagai berikut :
  1. Memimpin, mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar dan kebijakan umum Pengurus Nahdlatul Ulama.
  2. Melaksanakan program-program dalam rangka menjaga, memelihara dan mengembangkan paham Islam AhluSunnah wal Jama'ah.
  3. Memposisikan NU dan melaksanakan program-program dalam rangka memperkuat peran NU sebagai pilar penyangga ideologi negara Pancasila dan NKRI.
  4. Memimpin, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi mengevaluasi tugas-tugas dan program-program yang dilaksanakan diantara jajaran Pengurus Tanfidziyah.
  5. Menjaga, mengelola dan mengembangkan aset-aset NU.
  6. Bersama Rais memimpin pelaksanaan Rapat Pleno, Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
  7. Memimpin Rapat Harian Tanfidziyah dan Rapat Pengurus Lengkap Tanfidziyah.
  8. Menjalin komunikasi dan kerjasama secara efektif dengan semua pihak untuk kepentingan Nahdlatul Ulama 
  9. Menyampaikan pernyataan / informasi sikap Nahdlatul Ulama mengenai isu-isu publik yang strategis.
  10. Mengarahkan, mendorong dan mengevaluasi efektivitas dan kemajuan kepengurusan Lembaga, Lajnah dan Banom serta tim-tim kerja yang dibentuk sesuai kebutuhan.
  11. Mengevaluasi dan mengambil tindakan korektif guna mengefektifkan kepengurusan Lembaga dan Lajnah.

Kewenangan Wakil Ketua adalah :
  1. Menjalankan kewenangan Ketua apabila berhalangan.
  2. Merumuskan dan menjalankan bidang khusus masing-masing.

Tugas Wakil Ketua adalah :
  1. Membantu tugas-tugas Ketua dalam hal : Negosiasi atau lobi dengan pihak terkait dengan kewenangannya.
  2. Membuat jejaring terkait dengan lembaga atau lajnah.
  3. Membantu kerja dalam hubungan dengan pihak lainya yang berkaitan dengan Lembaga atau Lajnah.
  4. Menentukan arah dan kebijakan operasional.
  5. Melakukan koordinasi dan membina wilayah yang tersebar luas dalam organisasi Nahdiatul Ulama.
  6. Menjalankan tugas-tugas Ketua berdasarkan perbidangan sebagai berikut :
  1. Bidang Dakwah Keagamaan
  2. Bidang Organisasi dan Kaderisasi
  3. Bidang Banom Keagamaan
  4. Bidang Banom Kepemudaan
  5. Bidang Banom Profesi
  6. Bidang Wakaf, Ziš dan Pengembangan Aset
  7. Bidang Ekonomi
  8. Bidang Pertanian dan Kelautan
  9. Bidang Pendidikan Dasar, Menengah dan Pesantren Kebudayaan
  10. Bidang Pendidikan Tinggi, Kebudayaan dan Informasi
  11. Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Sosial
  12. Bidang Pengembangan SDM dan Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Luar Negeri
  13. Bidang Hukum, Kebijakan Publik dan Ketahanan Nasional

Kewenangan Sekretaris adalah :
  1. Merumuskan dan mengatur pengelolaan kesekretariatan Pengurus Tanfidziyah.
  2. Merumuskan naskah rancangan peraturan, keputusan, dan pelaksanaan program Pengurus Nahdlatul Ulama.
  3. Bersama Rais, Ketua dan Katib menandatangani keputusan strategis surat-surat

Tugas Sekretaris adalah:
  1. Membantu Ketua, Wakil Ketua dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
  2. Merumuskan manajemen administrasi, memimpin dan Mengkoordinasikan Sekretariat.
  3. Mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas di antara Wakil Sekretaris  
  4. Bersama Rais/Katib dan Ketua menandatangani surat-surat keputusan biasa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Kewenangan Wakil Sekretaris adalah :
  1. Melaksanakan kewenangan Sekretaris apabila berhalangan
  2. Mendampingi Wakil Ketua sesuai bidang masing-masing.
  3. Bersama Rais/Katib dan Ketua/Wakil Ketua Menandatangani  surat-surat biasa Pengurus Nahdlatul Ulama
Tugas Wakil Sekretaris adalah:
  1. Membantu tugas-tugas Sekretaris 
  2. Mewakili Sekretaris apabila berhalangan
  3. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan Sekretaris

Kewenangan Bendahara adalah:
  1. Mengatur pengelolaan keuangan Pengurus.
  2. Melakukan pembagian tugas kebendaharaan dengan Wakil bendahara.
  3. Bersama Ketua menandatangani surat-surat penting Pengurus Besar yang berkaitan dengan keuangan.
Tugas Bendahara adalah :
  1. Mendapatkan sumber-sumber pendanaan organisasi;
  2. Merumuskan manajemen dan melakukan pencatatan Keuangan dan asset;
  3. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) keuangan;
  4. Menyusun dan merencanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Rutin, dan anggaran program pengembangan atau rintisan Pengurus 
  5. Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kepentingan auditing keuangan.

Lembaga Pendidikan NU bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan NU. Bagi NU, pendidikan menjadi pilar utama yang harus ditegakkan demi mewujudkan masyarakat yang mandiri.

Lembaga ini bersama-sama dengan jam'iyah NU secara keseluruhan melakukan strategi-strategi yang dianggap mampu mengcover program-program pendidikan yang dicita-citakan NU.

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama atau LDNU. bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut paham Ahlussunnah wal Jamaah. 

Sementara menurut Ensiklopedia NU, lembaga tersebut di antara tugasnya adalah mengkoordinasikan para dai dan daiyah dalam menjalankan dakwah kepada masyarakat baik secara tulisan maupun lisan hingga ke masyarakat terpencil. 


LTMNU atau Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama.

Menurut Ensiklopedia NU, lembaga tersebut bertugas menjalankan kebijakan NU di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid. Secara resmi lembaga tersebut didirikan pada 12 Dzulhijjah 1390 atau 9 Februari 1971 di Surabaya.

Pada waktu itu, nama lembaga tersebut adalah Hai’ah Ta’miril Masjid Indonesia (HTMI).  Para kiai kemudian mengubah HTMI menjadi Lembaga Takmir Masjid Indonesia (LTMI) pada Muktamar NU ke-31 di Solo (2004). Sedangkan nama LTMNU merupakan hasil Muktamar NU ke-32 di Makassar (2010).

Tujuan LTMNU sebagaimana dijelaskan Ensiklopedia NU adalah revitalisasi masjid supaya masjid tak hanya menjadi tempat shalat, tetapi menjadi tempat yang selalu tecermin dalam doa para jamaahnya : Allahumma inni as’aluka salamatan fid dini, wa afiyatal fi jasadi, wa ziyadatan fil ilmi wa barakatan firrizki, wa taubatal koblal maut, wa rahmatan indal maut wa maghfiratan ba'dal maut.

Penjabaran dari tujuan tersebut:
Pertama: AIlahumma inni as’aluka salamatan fiddini. Masjid menjadi tempat supaya selamat agamanya sampai akhir hayatnya, aqidahnya Ahlussunnah wal Jamaah, syariahnya, mazahibul arba’ah, akhlaknya atau tasawufnya Junaidi al-Baghdadi dan al Ghazali;

Kedua, wa afiyatal fi jasadi. Melalui program ini, masjid dijadikan pusat kegiatan kesehatan. Program ini harus disinergikan dengan lembaga-lembaga lain.

Ketiga, wa ziyadatan fil ilmi. Masjid sebagai majelis taklim, tempat pemberdayaan pemikiran, dan tempat kiai mengajar atau memberi tausiyah, khususnya khutbah, dengan materi yang Iebih menyentuh kebutuhan masyarakat.  Di masjid juga terdapat Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), madrasah diniyah, atau sekolah umum di sampingnya.

Keempat, Wa barakatan fir rizki. Masjid sebagai tempat pemberdayaan ekonomi;

Kelima, wa rahmatan indal maut. Masjid sebagai tempat mengurus jenazah, pelatihan menangani jenazah, dan lain-lain;

Keenam, wa taubatan qoblal maut. Masjid sebagai tempat bertaubat, kembali kepada Allah;

Ketujuh, wa magfiratan ba'dal maut. Masjid sebagai tempat untuk tahlilan.

LPBH-NU atau Lembaga Pengembangan dan Bantuan Hukum NU melaksanakan beberapa program kerja, antara lain Bidang Kajian & Penyuluhan, Bidang Advokasi, Konsultasi, Perlindungan Hukum Keluarga & Wanita serta Bidang Pelatihan & Pendidikan Hukum.

Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional yang mengelola Zakat, Infaq, dan Sodaqoh di bawah naungan organisasi Nahdlatul Ulama

Lembaga Wakaf dan Pertanahan
Yaitu pengelolaan aset wakaf secara professional dan transparan serta mampu mengembangkan aset yang sudah diamanahkan kepadanya sehingga semakin besar dan memberi manfaat yang semakin banyak kepada masyarakat.

Berkoordinasi dengan lembaga yang terkait dengan wakaf seperti BWI, Pemda, BPN, dan Kemenag.

Melakukan database yang rapi dengan menggunakan teknologi informasi sehingga nantinya mudah diakses.

Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) merupakan organisasi kebudayaan Nahdhatul Ulama, memberikan peran yaitu :
  1. Memfasilitasi kesenian yang sifatnya menumbuhkan kreatifitas masyarakat. 
  2. Melakukan dokumentasi terhadap kesenian masyarakat, bahkan yang langka dan hampir hilang.
  3. Membuat database yang memuat nama-nama seniman NU, Karya-karya, sejarah, dan prestasinya.

Rabu, 08 Januari 2020

Rapat MWC NU Kecamatan Rungkut


Pembukaan Rapat pukul 21.00 dengan MC Ustadz. Yusuf (Kedung Asem) selaku Katib Syuriah.


Sambutan Ketua Rais Syuriah. Drs. KH. Lutfi Akbar, Lc.,M.Pd.I


  1. Melengkapi struktur kepengurusan setelah pemilihan secara jujur adil di bulan November 2019. Namun banyak pengurus yang ibadah umroh sehingga Desember belum bisa melengkapi
  2. Pada awal Januari 2020 kepengurusan bisa tersusun, dalam rangka untuk melaksanakan program-programnya.
  3. Setelah tersusun pengurus, selanjutnya Pelantikan dan Rapat Kerja.
  4. LDNU Rungkut pernah menjadi percontohan tingkat Surabaya, khususnya dalam pertukaran dai-dai yang berkhutbah
  5. Jami'yatul Qurro wal Huffadz yang berjalan hanya di Rungkut di saat bulan Ramadhan. Sekaligus mengantarkan juara MTQ tingkat Surabaya

Sambutan Ketua Tanfidziyah MWC NU Kecamatan Rungkut, Drs. H. Abdul Mujib, HU.

  1. Harapannya saat menjadi pengurus NU, walaupun berasal dari latar belakang berbagai warna, namun tetap bersatu dan bersama dalam melangkah.
  2. Menyampaikan Susunan Pengurus MWC NU Kecamatan Rungkut, masa khidmat 2019-2024. 
  3. Jajaran Tanfidz bertugas untuk "ngurip-nguripi" satu ranting yang ditunjuk/ diamanahi. Dan lembaga yang menjadi binaannya.
  4. Terpilih H. Syaifi (Wonorejo) terpilih sebagai Ketua Panitia Pelantikan & Raker.
  5. Terbuka atas kritik dan saran untuk melaksanakan program organisasi 

Sambutan Ketua Panitia Pelantikan dan Raker, H. Syaifi :


  1. Terbuka untuk masukan dan saran, perkiraan dilaksankan awal Februari 2020
  2. Wakil : Onny Fahamsyah (Medokan Ayu)
  3. Sekretaris : Arif Fathoni, SH. (Medokan Ayu)
  4. Bendahara : H. Fauzan (Rungkut Kidul)

Masukan Audiens :
  1. Ranting Mejoyo, Kaliwaru, dan Bakung mempertanyakan SK pengurus dari ranting yang telah terbentuk. Sampai kapan ? Jawab : SK sebetulnya sudah jadi, dan akan diberikan saat pelantikan. Berhubung MWC NU Rungkut akan pelantikan juga, maka akan diberikan bersama-sama.
  2. Undangan rapat mohon tidak mendadak, karena biasanya undangan sehari sebelum pelaksanaannya. Jawab : undangan sudah tersebar hari Senin (H-2), sehingga ke depannya juga akan memanfaatkan media sosial
  3. Dalam kegiatan MWC dimohon ada keamanan dari Banser, sehingga tampak keberadaannya. Jawab : selaku Bapak NU akan memanggil seluruh Banom, sehingga dalam melangkah bukan unsur personal, melainkan koordinasi antar lembaga.
  4. Agar meramaikan kantor, ada usulan untuk pemasangan wifi
  5. Merekomendasikan beberapa tokoh untuk dimintai narasumber sejarah, diantaranya : H.M. Thowil Huda
  6. Merilis kembali sejarah Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah yang pernah memimpin MWC NU Kecamatan Rungkut.

Doa Penutup





Kamis, 02 Januari 2020

Kisah di Balik Proses Kreatif Terciptanya Lambang NU


Di balik citra dan kewibawaan lambang NU karya KH Ridlwan Abdullah (1884-1962) yang dapat kita lihat sekarang, ternyata sejarah pembuatannya menyimpan pula kisah dan makna yang sangat dalam dan menarik untuk kita ketahui. 

Tidak seperti proses kreatif lahirnya karya seni pada umumnya yang kebanyakan sekedar mengandalkan daya imajinasi dan kecerdasan kognitif belaka, namun tidak hanya atas dasar dua daya itu lambang NU berhasil diciptakan. Di samping mengerahkan daya imajinasinya, KH Ridlwan Abdullah juga menggerakkan kekuatan spiritualnya. Bahkan aspek yang terakhir ini yang memegang peranan terpenting di balik terciptanya lambang NU.

Bermula dari persiapan penyelenggaraan Muktamar ke-2 NU di Surabaya, Kiai Ridlwan Abdullah ditugasi oleh KH Wahab Chasbullah selaku ketua panitia waktu itu untuk membuat lambang NU. Penunjukan Kiai Ridlwan dalam pembuatan lambang NU ini mengingat Kiai Ridlwan memang sudah dikenal pandai menggambar dan melukis. Namun terhitung sejak penugasan itu hingga satu setengah bulan Kiai Ridlwan mencoba membuat sketsa lambang NU bahkan sampai berkali-kali belum berhasil juga, padahal muktamar sudah diambang pintu sehingga sampai sempat mendapat "teguran" KH Wahab Chasbullah.

Akhirnya, pada suatu malam dengan harapan muncul inspirasi atau ilham pada saat-saat orang lelap tidur, Kiai Ridlwan mengambil air wudlu kemudian melaksanakan shalat istikharah.

Setelah itu beliau tidur sejenak. Dalam nyenyaknya tidur Kiai Ridlwan Abdullah bermimpi melihat sebuah gambar di langit yang biru dan jernih. Nampak seperti bola dunia dikelilingi bintang dan tali penyambung dan engait. Atas mimpinya itu, KH Ridlwan Abdullah tersentak bangun dari tidurnya dan spontan langsung mengambil kertas dan pena untuk membuat sketsa gambar sesuai dengan apa yang tertayang dalam mimpinya tersebut.

Saat itu jam dindingnya menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Karena kecakapannya dalam melukis, pada keesokan harinya gambar tersebut bisa diselesaikan lengkap dengan tulisan NU memakai huruf arab dan tahunnya.



Adapun secara singkat deskriptif makna dari gambar atau lambang NU dimaksud adalah sebagai berikut :
  1. Tambang melambangkan agama (Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan jangan bercerai berai).
  2. Posisi tambang melingkari bumi melambangkan persaudaraan kaum muslimin seluruh dunia.
  3. Untaian tambang berjumlah 99 buah melambangkan asma'ul husna.
  4. Bintang sembilan melambangkan jumlah Wali Songo.
  5. Bintang besar yang berada di tengah bagian atas melambangkan Nabi Muhammad SAW.
  6. Empat bintang kecil di samping kiri dan kanan melambangkan khulafaur rasyidin, dan empat bintang kecil di bagian bawah melambangkan madzhab empat.
Setelah hasil lambang tersebut dihadapkan kepada KH Hasyim Asy'ari, beliau merasa puas dengan gambar, makna dan riwayat terciptanya lambang NU karya Kiai Ridlwan itu.

Beliau kemudian mengangkat kedua tangannya berdo'a cukup panjang. Kemudian beliau berbicara penuh harap : "Mudah-mudahan Allah mengabulkan harapan yang dimaksud di dalam simbol Nahdlatul Ulama."